Ustadz Wahab Rajasam:
Setelah kabur berkali kali dari pesantren, akhirnya Santri ini sadar dan menjadi penurut, bersemangat serta menjadi kebanggaan keluarganya.
Awal masuk pesantren kami, santri ini punya trauma mendalam yang dibawa dari pesantren sebelumnya.
Yaitu mengalami bullying dan kekerasan fisik hingga membekas lukanya.
Namun orang tuanya tidak menyerah dengan keadaan karena sadar memiliki anak Sholeh itu sebuah perjuangan bukan khayalan.
Hari pertama masa orientasi santri baru, santri ini tiba tiba menghilang, kami kejar dan mencari ke sekeliling pesantren. Alhamdulillah kami menemukannya dan kami ajak pulang dengan lembut, meskipun dia menolak dan menangis tidak mau kembali.
Namun bagi kami, ini bukan yang pertama kali menghadapi santri kabur, sudah puluhan kali mengurusi yang seperti ini.
Alhamdulillah setelah komunikasi cukup alot akhirnya dia mau kembali.
Empat hari berselang dia kembali kabur hingga radius 100 km lebih, ternyata bersama teman yang lain dan sedang merencanakan kabur lebih jauh (namun istirahat sejenak di rumah temannya ini).
Lalu kami kordinasi dengan orang tua kedua santri yang kabur ini dan mempersiapkan strategi penjemputan. Kami berikan arahan dan langkah-langkah bagi orang tua santri yang rumahnya disinggahi.
Diantara hal yang kami sampaikan, "ibu tenang saja, tidak perlu memarahi dan menunjukkan sikap marah atau panik. Beri mereka makan, biarkan mereka mandi, lalu tanyakan sudah sholat atau belum, kemudian suruh sholat dan istirahat saja dulu karena mereka pasti lelah karena berjalan kaki 10km lebih. Nanti malam biar kami jemput pakai mobil pondok".
Bagi kami ini adalah upaya mendapatkan pahala seperti yang Nabi janjikan, bahwa "menunjukkan ke jalan kebaikan (hidayah) kepada seseorang melalui perantara usaha dakwahmu pahalanya lebih baik dari onta merah"
(Sumber: fb)