Ustadz Wahab Rajasam:
Hari pertama kuliah S2 saya dikejutkan dengan hadirnya sosok tunanetra di dalam kelas. Saya berpikir apakah beliau ini salah masuk kelas? Ternyata tidak, nama beliau betul tercatat dalam presensi. Mata kuliah saat itu adalah Statistika, ya... saya berpikir: Apakah beliau nanti mampu mengikuti pembelajaran? Saya yang normal saja mengalami kesulitan yang cukup serius.
Astaghfirullah.... Saya kok malah meremehkan orang.
Dosen yang sangat penyabar dan begitu penuh perhatian itu mulai menyampaikan materi dengan sangat hebat dan heroik. Ya.... Beliau tidak hanya memperhatikan kami yang normal, tapi berjuang memastikan bahwa teman kami yang tunanetra tadi juga dapat memahami dan mengikuti pembelajaran dengan baik.
Sampai tibalah kemampuan kami memahami kuliah Statistika ini diuji dalam ujian semester.
Subhanallah kemampuan teman kami yang tunanetra itu jauh lebih baik dari saya bahkan hingga menggunakan aplikasi SPSS sekalipun.
Saya penasaran bagaimana cara beliau belajar? Saya tanya kepada beliau,
"Subhanallah mas, antum ini kok bisa sehebat itu. Apa rahasianya dan bagaimana strategi belajarnya?"
Beliau menuturkan, "Saya cetak sendiri buku dengan tinta timbul untuk saya baca, terus selama pembelajaran saya menggunakan kekuatan mendengar dan menghafal, di kos kosan saya minta dikoreksi oleh teman tentang apa yang saya kerjakan dari soal yang ada."
Seketika saya merasa seperti tersengat listrik, kaget, lemas dan berusaha bangkit. Malu rasanya, tubuh normal yang Allah berikan hanya digunakan untuk menikmati karunia Nya, tapi lupa mensyukurinya dengan semakin taat dan kuat dalam ibadah dan menuntut ilmu.
Alhamdulillah kami semua lulus dalam mata kuliah ini, namun Beliau mendapat nilai yang lebih baik dari saya di mata kuliah statistika.
Saya sadar, modal yang sudah sempurna yang Allah berikan, tidak akan membuat seseorang berhasil tanpa berusaha dengan gigih.
Beliau mungkin tidak membaca tulisan ini. Tapi spirit beliau sangat menginspirasi saya.
(fb)
*foto ilustrasi