Bukan Membela Iran, Tapi Mengakui Fakta

Bukan Membela Iran, Tapi Mengakui Fakta

Selama ini kita mengecam negara-negara Arab yang tak kunjung berani melawan Israel secara nyata. Kita menaruh harapan pada Yordania, Mesir, Arab Saudi, dan lainnya, tapi hingga kini semua masih berkutat pada diplomasi yang tak menghasilkan perubahan berarti, sementara Israel terus menggila di wilayah pendudukan.

Lalu datanglah Iran. Negara yang secara akidah kita yakini menyimpang, dan memiliki jejak berdarah dalam konflik sektarian di Suriah, Irak, dan Yaman. Korban jiwa umat Islam, khususnya Ahlussunah, jatuh dalam jumlah besar akibat keterlibatan Iran. Sejarah ini sering menjadi alasan bagi kita untuk menolak peran Iran dalam isu Palestina.
Namun kita harus jujur realita hari ini menunjukkan bahwa hanya Iran yang secara nyata dan terbuka melancarkan serangan militer ke Israel. Fakta ini tak bisa dibantah. Sayangnya, banyak dari kita justru terjebak dalam sikap penolakan total karena benci terhadap latar belakang Iran, hingga menutup mata terhadap kenyataan.

Kita tidak akan menjadi Syiah hanya karena mengakui keberanian Iran menghadapi Israel. Kita juga tidak menjadi antek Iran hanya karena bersyukur melihat penjajah dibuat takut oleh rudal rudal Iran.

Mengakui realita bukan berarti membenarkan seluruh tindakan Iran. Kita tetap bisa mengkritik kejahatan Iran di Suriah dan Irak, sambil tetap jujur bahwa dalam konteks Palestina, Iran menunjukkan keberanian yang tak dimiliki negara-negara Arab lainnya.

Jangan biarkan pikiran kita terjebak pada opini - opini yang kita bangun sendiri karena kita tidak mampu menerima realita yang ada. Ketakutan dianggap pro Syi'ah atau Iran datang dari ketidakpercayaan diri terhadap keyakinan yang sudah kita pegang selama ini.

Harapan saya agar eskalasi ini bisa menarik keterlibatan negara kawasan yang lain agar ikut terlibat menekan Israel untuk segera mengakhiri pendudukan khususnya di Gaza dan Palestina secara umum.

(Kang Irvan Noviandana)

Baca juga :