IMAM AHMAD BIN HANBAL, SIKSAAN PENGUASA DAN IBADAHNYA YANG LUAR BIASA

Oleh: Ahmad Syahrin Thoriq
 
Imam Ahmad bin Hanbal (164 - 241 H) dihukum penjara oleh penguasa saat itu karena menolak paham mu'tazilah yang menyatakan Al-Quran adalah makhluk. Imam Ahmad dipenjara dan disiksa dengan hukuman cambuk.

Putra beliau, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal memberikan kesaksian atas luar biasanya ibadah sang ayah. Ia menceritakan: 

"Dahulu Ayahku biasa shalat dalam sehari semalam hingga 300 raka'at. Pasca beliau sakit karena sebab cambukan itu beliaupun menjadi lemah. 

Sehingga kemudian ayahku hanya mampu  mengerjakan shalat dalam sehari semalam 150 raka'at, padahal usianya saat itu sudah mendekati 80 tahun.

Ayahku membaca al Qur'an setiap harinya sepertujuh, hingga ia mengkhatamkan al Qur'an setiap 7 malam, dan demikian juga di siang harinya.

Setelah shalat Isya, beliau beranjak tidur sejenak, lalu bangun sibuk dengan shalat malam dan berdo'a hingga tibanya waktu Shubuh."¹

Putranya juga berkata:

"Ayahku mengkhatamkan al Qur'an sepekan dua kali. Sekali di waktu malam dan sekali untuk waktu siang."²

Dalam riwayat lain, putranya berkata:

"Ada kalanya di waktu sahur ayahku mendoakan beberapa orang dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau memang gemar memperbanyak doa dan menyembunyikannya.

Beliau terbiasa shalat sunnah diantara Maghrib dan Isya. Dan kalau sudah shalat Isya, beliau shalat dengan raka'at yang panjang. 

Setelah itu berwitir dan beliau tidur sejenak, lalu bangun lagi dan mengerjakan shalat dengan bacaan yang lembut, hingga aku tidak bisa memahami sebagian bacaannya.

Ayahku terbiasa berpuasa dan melanggengkannya dan tidak berpuasa sesekali. Beliau tidak pernah meninggalkan puasa Senin dan Kamis serta puasa pada hari-hari putih. Dan mana kala beliau setelah ditangkap dan dikembalikan ke rumah, beliau terus menerus berpuasa hingga meninggal dunia."³

Ketika sang imam jatuh sakit yang mengantarkan kepada kewafatannya, Khalifah al Mutawakil billah mengirimkan seorang dokter untuk merawatnya. Namun dokter itu kembali dan memberikan laporan kepada sang khalifah:

يا أمير المؤمنين أحمد ليست به علة في بدنه، إنما هو من قلة الطعام والصيام والعبادة

"Wahai amirul mukminin, Ahmad tidak terkena penyakit apapun di badannya. Sakitnya ini karena sedikitnya makanan yang dia makan, dan banyaknya puasa dan ibadah yang dia kerjakan."⁴

___________
1. Hilyatul Aulia (9/181)
2. Tabaqat al Hanabilah (1/9)
3. Siyar A'lam Nubala (11/223)
4. Tabaqat al Hanabilah (1/12)
Baca juga :