Sama-sama menyembah Allah, tapi kok kitab sucinya beda-beda?
Pertanyaan ini sering banget muncul, terutama kalau tahu kalau Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama percaya Nabi Ibrahim.
Mereka semua klaim sebagai agama yang lurus, agama yang murni.
Tapi begitu ditanya, “Kitab sucimu mana?” langsung muncul beda pendapat, bahkan perdebatan.
Nah, yuk kita bahas satu-satu dengan santai dan sistematis.
1. Satu Nenek Moyang: Nabi Ibrahim
Ketiga agama ini disebut agama Abrahamik karena semua berasal dari ajaran Nabi Ibrahim.
Beliau punya dua anak:
• Ismail, dari jalur yang jadi nenek moyang bangsa Arab (Islam)
• Ishaq, dari jalur Bani Israel (Yahudi & Kristen)
Jadi yang beda bukan Tuhannya, tapi jalur wahyu dan cara mereka memahami sejarah.
2. Yahudi: Wahyu Khusus untuk Bangsa Israel
Bagi Yahudi, wahyu itu cuma diberikan untuk Bani Israel, bukan kepada keturunan Ismail.
Yahudi percaya kalau mereka bangsa pilihan Tuhan.
Atas rahmatnya, Kemudian Tuhan menurunkan Taurat kepada Nabi Musa sebagai petunjuk kepada bani Israel.
Kitab suci Yahudi disebut Tanakh, yang terdiri dari:
• Taurat (lima kitab pertama, Pentateukh, dari Musa)
• Nevi’im (kitab nabi-nabi seperti Daud dengan Zaburnya, Sulaiman dengan Kidungnya, Yesaya, Yeremia, dan lainnya)
• Ketuvim (tulisan hikmah dan sejarah bangsa Israel)
Total 24 kitab.
Mereka menolak nabi-nabi setelah Musa, termasuk Isa dan Muhammad. Bagi mereka, kedua tokoh itu bukan nabi, tapi malah pengganggu.
3. Kristen: Perjanjian Lama dan Baru
Kristen awalnya muncul dari Yahudi sebagai gerakan pembaruan.
Mereka mengakui kitab-kitab Yahudi tadi (Taurat, Nevi’im, Ketuvim) sebagai bagian dari kitab suci mereka, yang disebut Perjanjian Lama.
Namun meski diakui sebagai bagian kitab suci, kitab ini secara hukum dianggap kadaluarsa.
Misal dalam Taurat dilarang makan babi, maka aturan itu dianggap sudah tidak berlaku.
Misal dalam Taurat diwajibkan Sunat, maka aturan itu sudah kadaluarsa.
Sehingga dinamailah kitab-kitab Yahudi tadi itu sebagai perjanjian lama.
Mereka menambahkan Perjanjian Baru, yaitu kisah Yesus (Injil) dan surat-surat Paulus.
Sehingga ringkasnya begini:
Jadi sederhananya sucinya disebut Alkitab, terdiri dari:
• Perjanjian Lama ( 24 kitab Yahudi)
• Perjanjian Baru (kisah Yesus (Injil) & surat-surat Paulus yang berjumlah 27 kitab)
Maka total kitab suci:
Kristen 66 kitab versi Protestan.
Katolik 73 kitab
Ortodox lebih 81 kitab.
Gereja Syiria 73-76 kitab.
Gereja Koptik Mesir 81-83 kitab.
Gereja Etopia 81-90 kitab.
Kenapa kok berbeda beda ?
Mereka belum sepakat tentang isi perjanjian lama jumlahnya berapa.
Misal, menurut Katolik kitab Makabe dianggap firman Tuhan, tapi menurut protestan tidak.
Menurut Ortodox Kitab Henokh (Nabi Idris) itu firman Tuhan, menurut Katolik dan Protestan, bukan itu kitab palsu.
Dan sebaliknya.
Jadi meski mengakui perjanjian lama, kekristenan belum sepakat jumlah nya mereka.
Dan intinya kitab suci Kristen yang disebut Alkitab, merupakan gabungan Perjanjian Lama dan Baru.
Mereka percaya wahyu berhenti di Yesus.
Menurut orang Yahudi, orang Kristen ini sesat karena tidak melaksanakan aturan aturan yang ada dalam kitab suci. Menurut orang Yahudi terus apa gunanya kitab suci kalau sudah kadaluarsa ?
4. Islam: Penyempurna Wahyu
Islam hadir sebagai penyempurna wahyu sebelumnya.
Seorang muslim wajib percaya pada Allah, para Rasul, malaikat, kitab-kitab, serta takdir.
Maka wajib bagi muslim untuk meyakini bahwa Taurat, Zabur, dan Injil pernah diturunkan kepada Musa, Daud, dan Isa.
Tapi, kitab-kitab yang ada sekarang dalam agama Yahudi dan Kristen bukan lagi versi asli, karena sudah mengalami perubahan dan manipulasi manusia.
Al-Qur’an dalam Islam dipandang sebagai:
• Koreksi dari distorsi kitab-kitab lama
• Penyempurna ajaran para nabi
• Wahyu terakhir yang terjaga secara lafaz dan makna
Singkatnya gini:
Old Testament
New Testament
Final Testament
Kalau mau tahu mana ajaran yang benar, kita harus cek langsung kitab sucinya.
Apakah kitab itu asli dan tidak berubah?
Apakah sejarah dan isinya bisa dipercaya tanpa rekayasa manusia?
Kalau kita ingin sampai ke Jakarta, pakai peta yang benar, bukan peta yang sudah diubah-ubah.
Begitu juga dengan jalan menuju surga.
Kalau kitab sucinya sudah berubah, maka kepercayaannya bisa salah arah.
Jadi, sebelum memilih, yuk kita gali dengan jujur dan hati terbuka karena kebenaran sejati selalu butuh bukti nyata, bukan cuma kata-kata.
(Ngopidiyyah)