[PORTAL-ISLAM.ID] IsraeI tidak mungkin berani menyerang Iran di darat. Selain tidak punya pijakan aman, Iran telah terbukti dalam perang darat.
Dahulu sewaktu perang vs Saddam, Iran di bawah Khomeini yang baru berdiri beberapa bulan sanggup menahan Irak. Padahal Irak adalah negara Arab terkuat waktu itu, setelah Mesir.
Bahkan serangan balik Iran sukses membuat Irak terdesak. Meski akhir perang hasilnya dianggap remis.
Uniknya saat Iran melawan Irak, blok Amerika dan IsraeI cenderung memihak pada Iran.
Keunggulan Iran, meski kalah dari segi pengalaman dan alutsista, adalah serangan gelombang manusia.
Khomeini memobilisasi jutaan tumbal pasukan berani mati yang berlapis-lapis.
Jika AS tak ikut serang Iran, mustahil IsraeI berani ambil resiko menghadapi pasukan seperti itu. Untuk sementara, pertunjukannya hanya jual beli jarak jauh dan sabotase intelijen.
Di tahun 2010-an, milisi Syi'ah makin menambah pengalaman dalam perang-perang proksi Iran, terutama di Suriah dan Yaman.
Diantara negara terdekat Iran, hanya Afghanistan dan Pakistan saja yang punya kemampuan menghadapi Iran di darat. Dan tentunya Suriah yang telah sukses mengusir Iran.
Untuk Saudi, baru melawan Houthi pun kewalahan. Karena Saudi cukup terlambat membangun militernya, fokusnya pun ke alutsista. Level militansinya masih jauh di bawah pengikut Usamah bin Laden, padahal sama-sama Wahabi.
Makanya Suriah baru ini penting untuk Saudi, pasukannya bisa dipinjam kalau ada apa-apa.
(Pega Aji Sitama)