Terpilihnya Pelanggar HAM, Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia dan nepo-baby, Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi Wakil Presiden dengan mengubah konstitusi atas bantuan `Raja Jawa' Jokowi—yang dapat sedemikian berkuasa atas dukungan UGM. Segala kebijakan ditetapkan oleh pemerintahan Prabowo diberlakukan tanpa konsiderasi lebih jauh—Makan Bergizi Gratis, Inpres mengenai Efisiensi Anggaran, dan Danantara. Tak sampai di situ, Prabowo menghendaki Revisi UU TNI sebagai langkah permulaan mengembalikan Dwi Fungsi TNI dengan mcngubur Cilta-Cita Reformasi. Militerisme merangsek ke beberapa lingkungan kampus dengan dalih penguatan nasionalisme. Lebih jauh, mahasiswa yang menyampaikan ekspresi kritiknya mendapatkan represi dan bahkan ditetapkan sebagai tersangka. Demokrasi dalam bahaya!
Berangkat dari berbagai masalah yang timbul, Mahasiswa UGM melakukan aksi kemah di Balairung. Mahasiswa menuntut Rektor UGM menyatakan Mosi Tidak Percaya terhadap lembaga pemerintah yang menciptakan kebijakan amburadul sebagai sikap keberpihakan pada Rakyat. Rabu, 21 Mei 2025, setelah satu pekan okupasi, Ova Emilia selaku Rektor UGM menemui massa aksi dan melakukan dialog. Hasilnya? Omon-omon!
Atas kekecewaan terhadap respon yang diberikan oleh Rektor, BEM KM UGM menyatakan MOSI TIDAK PERCAYA kepada Ova Emilia selaku Rektor UGM. Betapa malu kami sebagai mahasiswa Kampus Kerakyatan menyaksikan rektor lembek pada berbagai ketidakadilan dan penindasan yang terang benderang. Kami tidak akan mencabut mosi ini sampai Rektor menyatakan Mosi Tidak Percaya sebagai bukti keberpihakannya kepada Rakyat atau sesuatu yang setara dengannya.
Suro Diro Jayaningrat
Lebur Dening Pangastuti
Yogyakarta, 23 Mei 2025
Tiyo Ardianto
Ketua BEM KM UGM