Benarkah Mengkritik Saudi Sama dengan Menghina Islam?
Sebagian pendukung Saydi dari kalangan Salafi-Wahabi berkata:
“Saudi itu Negara Tauhid, mengkritik Arab Saudi berarti menentang Islam.”
“Rasulullah lahir di Arab Saudi, meninggal di Saudi, bahasa Arab adalah bahasa Islam dan bahasa surga.”
“Arab Saudi adalah penjaga dua kota suci, maka tak boleh dikritik.”
JAWABANNYA: SALAH KAPRAH!
1. Rasulullah Bukan Lahir di Arab Saudi
Nabi lahir di Makkah berabad-abad sebelum Arab Saudi berdiri.
Arab Saudi baru ada tahun 1932. Jadi, mengkritik Saudi ≠ menghina Nabi.
2. Tauhid Bukan Milik Satu Negara
Semua Muslim bertauhid. Tauhid bukan milik eksklusif Arab Saudi. Banyak negara dan ulama di dunia yang menyeru pada tauhid dan sunnah. Walaupun tak dianggap oleh kelompok Salafi Wahabi, karena berdakwah tak harus diakui Salafi Wahabi.
3. Mengkritik Pemerintah ≠ Menghina Islam
Ulama klasik seperti Imam Malik, Abu Hanifah, dan Ahmad bin Hanbal berani mengkritik penguasa.
Nabi bersabda:
“Sebaik-baik jihad adalah berkata benar di hadapan penguasa zalim.”
(HR. Abu Dawud)
4. Penjaga Dua Kota Suci Tetap Bisa Salah
Menjaga Makkah & Madinah adalah amanah, bukan jaminan suci. Kalau ada kezaliman, wajib diingatkan, bukan dibela buta.
5. Bahasa Arab Bukan Milik Saudi
Bahasa Arab adalah bahasa Islam, tapi bukan milik eksklusif Saudi.
Banyak ulama besar berbahasa Arab dari luar Saudi: Syafi’i (Gaza), Ghazali (Iran), Nawawi (Syiria).
Islam adalah agama Allah, bukan milik satu negara. Mengkritik kebijakan Saudi yang keliru adalah bagian dari kepedulian terhadap Islam, bukan permusuhan.
Jangan samakan Islam yang suci dengan politik manusia yang bisa salah.
(Andra Febi)
_____________________
Arab Saudi akan Jual Alkohol di 600 Lokasi Mulai 2026
Arab Saudi akan mengizinkan penjualan alkohol terbatas di zona pariwisata khusus mulai 2026 untuk pertama kalinya sejak 1952, sebagai bagian dari Vision 2030 untuk meningkatkan industri pariwisata menjelang Piala Dunia 2034.
