Kebangkitan agama Syi'ah di Iran
Sebelum abad ke 16, Iran itu adalah negerinya Muslim Sunni.
Syi'ahisasi Iran baru dilakukan oleh Dinasti Shafawiyah (1501-1736 M) yang didirikan Ismail I. Awalnya klan Shafawiyah adalah pengikut aliran Shufi yang lebih berkaitan dengan Sunni.
Namun karena interaksi dan dukungan dari orang-orang Turki penganut Syi'ah 12 Imam, serta melihat banyaknya kemiripan praktek kultus Sufinya dengan Syi'ah, akhirnya Shafawi pelan-pelan berevolusi menjadi Syi'ah.
Di bawah Ismail I, negara Shafawi berkembang gemilang. Ismail yang seorang penganut Syi'ah fanatik memutuskan memulai proyek Syi'ahisasi Iran secara paksa.
Proyek Syi'ahisasi berlangsung ratusan tahun, nama Ulama Syi'ah Bokir al-Majlisi adalah salah aktor kunci keberhasilan proyek ini.
Syi'ahisasi paksa dilakukan dengan taktik mengintimidasi warga non Syi'ah. Terutama Muslim Sunni.
Mereka yang menunjukkan penolakan akan langsung dihabisi. Tak terhitung kampung-kampung Sunni yang dibumi hanguskan dengan korban ribuan nyawa.
Selain kekerasan dan pembunuhan, Shafawi juga menggunakan metode pengusiran agar makin sedikit warga Sunni di daerah yang telah ditaklukkan.
Yang tak tahan, akhirnya melakukan konversi menjadi pemeluk Syi'ah.
Metode lain untuk menarik minat masyarakat adalah dengan membangkitkan kebanggaan Persia, konon Syi'ah memiliki ikatan darah dengan Persia kuno. Sehingga diharapkan sekte ini lebih diterima oleh masyarakat suku Persia.
Imam-Imam maksum yang diklaim kaum Syi'ah, konon memiliki ibu dari Persia. Yaitu Al-Husain dari istrinya Syahrbanu putri Raja Persia terakhir (Yadargard III), keturunannya lah yang menjadi para imam maksum.
Tapi akhirnya Shafawi kena batunya akibat kebijakan Syi'ahisasinya tersebut.
Awal abad ke-18, di sebuah tanah gersang di timur Iran yang hari ini kita kenal sebagai Afghanistan.
Awalnya Shafawi menduduki Kandahar tanpa terjadi banyak polemik. Dimana George Khan, seorang Raja Kristen dari Georgia yang masuk Syi'ah, ditunjuk sebagai gubernur wilayah Afghan.
Suku-suku Pashtun yang menguasai pegunungan tak terlalu melawan kehadiran mereka. Pemberontakan Mirwais Hotaki dipadamkan. Tapi dengan kecerdasannya, Mirwais berhasil selamat saat dibawa ke Iran dan bahkan membangun ketidakpercayaan Shah pada George.
Shafawi yang menjalankan proyek Syi'ahisasi makin membuat geram masyarakat Pashtun yang ribuan tahun telah menjadi Muslim Sunni.
Singkat cerita, Mirwais pergi ke Mekkah meminta fatwa boleh tidaknya melawan rezim Syi'ah, dan jawabannya dibolehkan para Ulama di sana.
Dengan menyusun siasat, Mirwais memperdaya George lalu menghabisinya, selanjutnya giliran pasukan George yang dihancurkan tanpa ampun oleh orang-orang Afghan.
Setelah Mirwais meninggal sempat terjadi perebutan kekuasaan. Putranya Mahmud naik tahta dengan mengalahkan pamannya Abdul Aziz yang dianggap pro Shafawi.
Mahmud melancarkan serangan untuk pertama kalinya ke wilayah Shafawi. Mereka sukses menghancurkan lapis demi lapis pertahanan Shafawi. Orang-orang Afghan tak terbendung dan mengepung ibukota Isfahan hanya dengan 18 ribu pasukan melawan tentara Shah yang jumlahnya 2x lipat.
Terkepung selama 6 bulan, orang-orang Isfahan kelaparan bahkan sampai memakan Tikus yang berkeliaran di kota. Shah akhirnya menyerah pada Mahmud Hotaki.
Hancurlah kekuasaan dinasti Shafawi di tangan orang-orang Pashtun Afghanistan. Kekuasaan Hotaki di Iran cuma sebentar tanpa memaksa orang Syi'ah pindah agama menjadi Sunni.
Sebelum munculnya dinasti Shafawi, Syi'ah 12 imam hanyalah kelompok kecil dan dianggap sesat yang diabaikan dalam kancah politik di wilayah Islam. Bahkan mereka tak ada apa-apanya dibandingkan pencapaian sekte Ismailiyah yang menguasai Mesir dan Afrika utara pada abad ke-11.
Syi'ah 12 atau yang hari ini disebut 'Rafidhah' memang memiliki keyakinan menunggu Imam Mahdi yang mereka yakini hilang 1200 tahun lalu.
Dinasti Shafawi menjadi kendaraan gratisan bagi sekte 12 untuk berkembang. Hari ini mayoritas penduduk Iran dan Azerbaijan adalah pemeluk Syi'ah 12. Tapi hanya Iran yang berbentuk teokrasi sejak revolusi Khomeini tahun 1979.
Konon Khomeini mendapat wangsit dari Mahdi Syi'ah berupa restu mewakilinya secara politik. Khomeini membentuk sistem wilayatul faqih (pengganti Mahdi), dan posisinya adalah pemimpin tertinggi Iran atau disebut Rahbar.
10 tahun kemudian Khomeini wafat dan digantikan Ali Khamenei sampai hari ini.
Makanya di Iran ada sekte Syi'ah 12 lain (Akhbari) yang menolak keabsahan klaim Khomeini, menganggapnya sebagai bid'ah dan penipuan mengatasnamakan Mahdi Syi'ah.
(Pega Aji Sitama)