RAHASIA KESEHATAN MAHATHIR MOHAMAD

RAHASIA KESEHATAN MAHATHIR MOHAMAD

Di usia 100 tahun, Mahathir Mohamad masih mampu berjalan cepat, berbicara jernih, bahkan berdebat tajam soal politik. Bagi banyak orang, usia lanjut identik dengan lemah, pikun, atau pasrah terhadap penyakit. Namun Mahathir justru menunjukkan bahwa umur panjang tak harus berarti kehilangan daya. Apa rahasia di balik kesehatan dan vitalitas tokoh politik tertua di Asia Tenggara ini?

Sedikit yang tahu bahwa Mahathir adalah seorang dokter medis lulusan King Edward VII College of Medicine di Singapura. Sebelum terjun ke politik, ia pernah praktik sebagai dokter umum. Latar belakang inilah yang membuat Mahathir bukan hanya paham soal tubuh manusia, tapi juga percaya pada ilmu kedokteran modern.

Ia bukan tipe tokoh yang mencari pengobatan alternatif kontroversial atau menolak obat-obatan. Bahkan, ia telah menjalani dua kali operasi jantung, pada 1989 dan 2007, dan dengan tegas menyatakan bahwa ia disiplin mengonsumsi obat-obatan untuk menjaga tekanan darah dan fungsi jantungnya.

Salah satu filosofi Mahathir yang paling terkenal adalah: "Saya makan sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang." Pola makan ini terdengar sederhana, namun sejalan dengan banyak prinsip gizi modern yang menekankan pengendalian porsi dan kesadaran makan.

Ia juga menghindari makanan berlemak, manis, dan berlebihan. Lebih memilih ikan daripada daging merah, dan tidak pernah memanjakan lidahnya hingga lupa pada kesehatan tubuh. Prinsip ini konsisten ia pegang bahkan ketika menjabat sebagai perdana menteri dua periode.

Mahathir dikenal rutin berjalan kaki cepat setiap hari, bahkan di usia 90-an. Ia tidak pernah menganut gaya hidup mewah yang pasif. Menurutnya, tubuh yang tidak dipakai akan cepat rusak, sama seperti mesin yang jarang dijalankan. Konsistensi ini terbukti efektif: postur tubuhnya tetap tegak, suaranya tetap lantang, dan pikirannya tetap tajam.

Tak hanya fisik, otaknya pun terus “berolahraga.” Ia masih membaca, menulis, dan berpikir kritis. Mahathir percaya bahwa otak harus terus digunakan agar tidak tumpul. Ia bahkan masih aktif di media sosial dan menulis opini-opini politik yang tajam.

Dalam berbagai kesempatan, Mahathir mengatakan bahwa marah, iri, dan stres berkepanjangan bisa memperpendek umur. Oleh karena itu, ia menjaga keseimbangan emosional, tidak mudah meledak-ledak, dan lebih memilih berbicara tenang namun tajam.

Ia juga mengisi waktu dengan kegiatan yang membuatnya rileks seperti menulis, bercocok tanam, dan membaca. Ia tidak menggantungkan hidupnya pada kekuasaan atau kemewahan, dan ini mungkin menjadi salah satu “obat panjang umur” terbaik yang ia miliki.

Mahathir bukan manusia super. Ia punya riwayat penyakit jantung, ia pernah menjalani operasi besar, dan kadang terlihat letih juga. Tapi perbedaan utamanya adalah: ia disiplin. Ia tidak menghindari pengobatan. Ia tidak menyerah pada usia. Dan ia tidak menjadikan penyakit sebagai alasan untuk berhenti hidup produktif.

Dari Mahathir, kita belajar bahwa panjang umur bukan hanya soal genetika, tapi soal pilihan dan konsistensi. Pilihan untuk makan sehat, bergerak setiap hari, berpikir kritis, hidup sederhana, dan memercayai ilmu pengetahuan.

Ia adalah contoh bahwa ilmu kedokteran bukan hanya untuk disarankan ke pasien, tetapi juga untuk dijalani dengan komitmen dalam hidup sendiri.
Jadi, jika Anda ingin sehat di usia lanjut, tidak ada resep rahasia, tapi komitmen seperti Mahathir: makan secukupnya, berjalan setiap hari, berpikir jernih, dan tetap rendah hati di hadapan usia.
Baca juga :