Catatan Widi Astuti:
Tadi saya sempat kaget melihat fotonya yang berjilbab rapat menutup dada. Foto yang memberitahukan bahwa dia telah tiada (telah meninggal -red). Foto unggahan keluarganya. Dalam foto itu dia berjillbab putih rapi, wajah manis, senyum sumringah. Entah foto tahun berapa. Terlihat masih muda dan lurus.
Tak menyangka bahwa dulu dia pernah menjadi aktivis yang lurus. Wajahnya masih enak dipandang. Mungkin juga pemikirannya masih "normal". Karena dulu dia aktivis HMI dan mungkin juga Muhammadiyah.
Tapi yang saya kenal selama ini di medsos adalah setelah dia dewasa. Terkenal sebagai tokoh feminis liberal. Menisbatkan dirinya sebagai Syeikha Hefzibah. Entah darimana dia mendapat julukan tersebut. Dengan bangganya dia menyebut dirinya sebagai Mursyid Tarekat Daudiyah.
Tadi pagi saya scroll akunnya. Menyimak tulisan-tulisannya menjelang akhir hayatnya. Dan terlihat masih liberal. Pemikirannya sangat rancu. Masih sama dengan beberapa tahun yang lalu.
Saya ingat betul dia pernah membuat petisi untuk Presiden Jokowi tentang normalisasi kemben. Bahwa dia meminta hak wanita berkemben dimanapun berada. Maksudnya jangan diremehkan, jangan ditertawakan jika ada yang menggunakan kemben. Bahkan jangan diblur dalam tayangan foto atau televisi.
Asli petisi yang bikin bengong 😅. Lama-lama minta dimaklumi pake handuk buat kondangan kali.
Terus dulu dia juga menafsirkan ayat tentang kewajiban menutup aurat sesuai versinya sendiri. Bahwa wanita berkemben itu juga sudah menutup aurat seperti yang dimaksud dalam syariat. Jadi menutup aurat yang dimaksud dalam syariat itu bukan bermakna jilbab saja. Tapi hanya pakaian sesuai tradisi masing-masing daerah.
See? Dia menafsirkan ayat sepenak wudele dewe (seenaknya sendiri). Hanya dia seorang yang berani menafsirkan kemben itu sudah menutup aurat. Dari ujung timur hingga ujung barat dunia Islam, tak ada yang berani berpendapat makna jilbab seabsurd itu.
Dia juga dengan sombongnya melepas jilbab dan mengajak para wanita melepaskan jilbab. Ya karena dia pemahamannya nyleneh, penghalusan dari kata sesat. Dia menyalahkan Tuhan atas penyakit autoimun (lupus) yang dideritanya. (*Penyakit lupus adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri, menyebabkan peradangan dan kerusakan pada berbagai organ Lupus dapat menyerang berbagai organ seperti kulit, sendi, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.)
Andaikan dia tidak sesombong itu, pastilah banyak yang bersimpati atas penyakit yang dideritanya. Ah sudahlah.
Akidahnya juga aneh. Dia meyakini aqidah empat pir rijal al-gaib. Baru denger? Sama. Dia meyakini Nabi Khidir, Nabi Ilyas, Nabi Isa, dan Iman Mahdi masih hidup. Dan menjadikan mereka berempat sebagai pemimpin dalam menjalani agama Islam versinya. Serta dia merasa sebagai Mursyid penerus pir rijal al-gaib. Hadeh, ta pikir buah pir. Ternyata malah keyakinan nyleneh.
Dia juga meyakini reinkarnasi, konstelasi bintang, leluhur yang mempengaruhi hidupnya. Padahal aqidah seorang muslim yang Haq adalah hanya mempercayai Alloh saja sebagai pengatur segalanya. Tak ada kaitannya dengan reinkarnasi, arwah leluhur dll. Itu mirip keyakinan Hindu Budha. Beda sekali dengan aqidah seorang muslim.
Saya membaca tulisan-tulisannya. Saya akui dia cerdas dan pintar menulis. Tapi sayangnya aqidahnya sudah melenceng jauh.
Saya jadi merenung. Betapa pentingnya untuk selalu berdoa agar diberikan keteguhan hati agar tetap berada di jalan yang lurus. Otak pintar tak menjamin bisa menjadikan istiqomah. Akal cerdas jika tak diiringi dengan kebersihan hati maka akan sulit menjaga hidayah-Nya.
Yaa muqallib qulub, tsabit qalbi ala dinika.
Wahai Sang Pembolak-balik hati, teguhkanlah hati kami agar tetap dalam agamaMu...
Matikanlah kami dalam kondisi mengimani bahwa Engkaulah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Mu yang terakhir....
(fb)