Macron Memainkan Isu Agama Untuk Kepentingan Pilpres

Macron Memainkan Isu Agama Untuk Kepentingan Pilpres 

Oleh: Tengku Zulkifli Usman (Pengamat Internasional)

Macron memainkan isu agama menjelang pilpres Prancis yang akan datang.

Macron paham bahwa isu agama dan rasisme ini sedikit tidaknya bisa menghemat biaya kampanyenya nanti pada pilpres 2022 mendatang.

Di banyak negara, Partai atau sosok yang kurang modal dalam pemilu memang suka begitu, suka jualan agama dan ayat hadits, atu jualan rasisme untuk menghemat biaya politik.

Sayangnya, lawan Macron politisi sayap kanan Marine Le Pen juga jualan isu yang sama. Macron dan Le Pen sama sama memanfaatkan isu rasisme ini untuk kampanye.

Harapan Macron, lawannya Le Pen memiliki sikap yang berbeda dengan dia, sayangnya Le Pen juga mengaminkan sikap Macron yang berimbas pada tidak adanya deferensiasi isu kampanye. 

Macron saat ini menguasai badan intelijen Prancis untuk keuntungan pemilu berikutnya, kejadian penikaman terbaru di sebuah gereja di Prancis kemarin menurut banyak pengamat bisa jadi settingan intelijen agar isu rasisme kristen-muslim ini bertahan sampai pilpres.

Dukungan negara Eropa dan Israel terhadap Macron dalam hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa isu rasisme ini dimanfaatkan kembali untuk mensolidkan Eropa melawan muslim.

Pada dasarnya, clash antara muslim dan Kristen selama ini di Prancis memang bukan sebuah rahasia. hubungan yang sangat tidak harmonis ini dimanfaatkan lebih jauh oleh kalangan elit radikal di Prancis.

Isu rasisme dan islamophobia di Prancis sempat mereda di era presiden Jacques Chirac, kemudian sedikit mengemuka di Era Presiden Sarkozy, dan melemah di Era Presiden Hollande. Lalu di coba dihidupkan kembali di era Macron.

Macron sendiri adalah politisi independent non partai, dia menang pemilu dadakan akibat gerakan media sosial yang dia gagas pada pilpres lalu untuk menjanjikan perubahan.

Prestasi Macron membangun Prancis juga terhitung biasa biasa saja. Tidak ada yang signifikan. Bahkan ekonomi Prancis di era Macron juga sangat buruk.

Macron kehilangan banyak dukungan selama menjabat, Macron bahkan terancam tidak akan terpilih lagi pada pilpres mendatang. Hanya sayangnya lawan terkuat Macron juga bukan sosok yang disukai.

Le Pen kalah telak dalam pilpres lalu melawan Macron, sedangkan sampai saat ini belum muncul sosok baru alternatif yang bisa mengalihkan dukungan rakyat dari kedua kutub ekstrem tersebut.

Begitulah politisi yang tidak memiliki prestasi yang jelas, mereka akan terus mempertahankan jualan agama, radikalisme, terorisme.

(30/10/2020)

Baca juga :