Sangat mudah buat Suriah mengalahkan IsraeI
Tapi yang jadi pertanyaan, siapa yang akan menyerang duluan dalam skala besar. Suriah tidak akan ambil resiko menyerang duluan, karena meskipun tentaranya cupu, tapi IsraeI punya sistem serangan jarak jauh yang efektif dan presisi tinggi.
Sebaliknya, jika IsraeI menginvasi Suriah duluan, maka mereka akan dibuat hancur tak bersisa dan rentan diserang musuh yang lain.
Inilah yang menyebab IsraeI butuh Druze agar menjadi semacam tameng hidup di dalam Suriah. Mengingat tuntutan zona demiliterisasi pasti ditolak mentah-mentah.
Sayangnya kelompok Druze pro IsraeI tidak mendapat dukungan dari semua Druze. Sehingga yang kemarin langsung layu sebelum berkembang.
Sekarang sisa-sisa Druze pemberontak dalam posisi sulit, karena telah dikepung sana-sini.
Jika Jaulani mau, sangat mudah menghancurkan mereka dalam sekali serbu, seperti yang terjadi di Latakia.
Jaulani lebih memilih cara lunak, mengingat sebagian besar populasi Druze (menurut jajak pendapat The Economist mencapai 70%), memandang positif pemerintah baru Suriah.
Tentu sebagai pemimpin yang bijak, tidak tepat membiarkan jatuhnya korban sipil demi suatu operasi militer.
Maka yang sedang diupayakan adalah deal-dealan, satu per satu dengan elemen Druze ini.
Bagi IsraeI, Suriah sekarang adalah ancaman nyata yang sedang tumbuh. Tidak seperti era Assad yang kejam dan diktator, serta membonsai aktivis Palestina di Suriah.
Jaulani diajak damai pun tidak mungkin, sebab hasil negosiasi apapun lebih menguntungkan Suriah, semisal IsraeI harus angkat kaki dan sanksi dicabut. Suriah pasti makin menguat.
Jangan lihat normalisasi dari sisi Suriah saja, tapi lihat dari sisi IsraeI. Tidak mungkin mau.
Setanyahud sejak awal sudah jelas menegaskan, bahwa dirinya tidak akan pernah percaya pada Islamis dan Jihadis.
(Pega Aji Sitama)