[PORTAL-ISLAM.ID] Ini kabar yang harus dicermati para pria. Terkait banyaknya orang dengan gangguan jiwa alias ODGJ. Ternyata, mayoritas pengidapnya adalah para pria!
Fakta itu terbaca dari data penderita ODGJ di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri. Hingga April 2025 ini tercatat 3.531 ODGJ. Lebih dari dua pertiganya adalah berjenis kelamin pria.
“Untuk (ODGJ) laki-laki ada 2.077. Sementara perempuan ada 1.454,” beber Kadinkes dr Achmad Khotib melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Bambang Triyono Putro, seperti dilansir RadarKediri, Sabtu (19/4/2025).
Namun, buru-buru dr Bambang menegaskan, gender bukanlah faktor penyebab ODGJ. Namun, lebih disebabkan oleh beban tanggung jawab yang besar sebagai pemicu. Selain faktor genetik, psikologis, biologis, lingkungan, dan sosial.
“Bisa jadi begitu (jadi salah satu faktor pemicu). Tapi yang pasti faktor risiko tidak bisa berdiri sendiri dan kompleks,” jelasnya.
Sementara itu, Pengamat Sosial Elis Yusniyawati berpendapat, laki-laki cenderung menganggap remeh stres dan merasa tak perlu mengelolanya dengan benar dan baik. Sehingga besar kemungkinan stres yang tidak dikelola baik tersebut dapat menjadi gangguan mental yang serius.
Sementara perempuan, masih menurut perempuan yang akrab disapa Elis ini, terbantu dengan adanya hormon estrogen yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan mentalnya. Sekalipun dalam kondisi yang sangat terpuruk.
“Ungkapan laki-laki tidak bercerita mungkin terkesan klise dan hanya guyonan semata. Namun kenyataannya begitulah laki-laki,” terang Komisioner Komisi Informasi (KI) Jatim itu.
Menurutnya, laki-laki cenderung menganggap stres sebagai hal yang sepele. Karena kerap menganggap bahwa laki-laki memiliki mental kuat. Sehingga saat stres tidak perlu bercerita ke orang lain atau curhat.
“Sehingga dengan mudah alam bawah sadarnya menumpuk jutaan stres yang mengantarkannya pada gangguan mental. Sekali lagi, karena laki-laki tidak pernah menganggap stres itu perkara yang serius,” tegas perempuan yang juga Dosen komunikasi, sosial dan politik di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung itu.
(Sumber: Radar Kediri)