𝐓𝐚𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐥𝐮 𝐃𝐢𝐬𝐞𝐬𝐚𝐥𝐢
Tak perlu menyesal karena pernah mendukungnya, berjuang untuknya dengan sungguh-sungguh…
Karena kita berjuang bukan melihat sosok pribadinya itu.
Akan tetapi karena saat itu kita tak punya pilihan lain atas calon yang kita dukung yang bisa mengakomodasi nilai-nilai yang kita yakini…
Kita mengikuti petunjuk para ùlamā’ yang kita percayai ketika itu…
Kita memilih pilihan yang muḍhorot-nya paling kecil, atau istilah fiqihnya: “Akhafu adh-Dhararain”.
Maka ketika ia berbalik meninggalkan Ulama & Ummat, justru ia telah memperlihatkan hakikat jatidirinya yang sebenarnya.
Apa yang kita lihat sekarang adalah wajah aslinya bagaimana…
Sangat ambisius.
Tak ada etika.
Kasar dan suka olok-olok.
Meremehkan orang, bahkan merendahkan kaum Muslimīn di Ġaza.
Jadi kalau ia mengatakan menyesal pernah didukung kaum Muslimīn, maka kita tak perlu ikut-ikutan menyesal pula pernah mendukungnya.
Karena yang kita dukung dulu bukan sosok pribadinya yang kita juga tahu dari dulu penuh catatan buruk!
Ingatlah bahwa perjuangan itu bukanlah soal hasil, akan tetapi tentang apa yang kita lakukan dan apa yang mendasarinya.
(Ustadz Arsyad Syahrial)
"Saudara-saudara ada pula yang nyinggung-nyinggung punya tanah berapa punya tanah ini, dia pinter atau goblok sih?" Prabowo https://t.co/jJGs8l9Uok pic.twitter.com/fvZ8D4bTea
— Jejak digital. (@ARSIPAJA) January 9, 2024
Apa yg dilakukan PS dgn MENJULURKAN LIDAH dan GAYA MENGEJEK ini bkn hanya MENYERANG PERSONAL, tapi sdh msk kategori bullying non verbal, PELECEHAN, PENGHINAAN terhadap sesama manusia sekaligus pelecehan terhadap forum terhormat yg dibiayai oleh keringet rakyat seluruh Indonesia pic.twitter.com/RVE7mQ8HnL
— King Purwa (@BosPurwa) January 11, 2024