Jangan sombong.... kita tidak bisa mengatur hidup kita

Oleh: Du'aa Ahmad Nahrawi

"Permisi bu, tempat praktek dokter gigi yang papan namanya terpajang di depan itu di gedung ini?"

Sebegitu putus harapnya sampai malam itu saya pasrah mengikuti langkah kaki menapaki jalan Mansouria. Hanya satu yakin saya, "Masa sepanjang jalan ini tidak ada satupun klinik gigi." Oh ya, selain dijuluki negeri seribu menara, harusnya Mesir juga disebut negeri sejuta dokter. kalau dihitung, dua di antara 5 gedung pasti ada saja dokter yang buka praktek.

Kembali ke derita sakit gigi beberapa hari lalu. Benar di lantai pertama gedung tua itu ada dokter gigi yang bersama seorang dokter saraf, membuka praktek dan menerima pasien dengan bayaran ala kadarnya.

Alhamdulillah sesudah dokter memeriksa, memberi resep dan tak lupa menyindir kondisi gigi saya yang makin vulgar, yang tak malu melepas satu persatu lapisan penutupnya, sayapun pulang. Kali ini bukan hanya berbekal resep dokter, berbekal syukur dan hikmah. 

Hikmah cerita ini, atau kerennya "lesson learned" adalah: Jangan sombong. Maksudnya sombong merasa dirilah yang mengatur dan menentukan.

Sebelum ke dokter, saya ada beberapa keperluan, maka rencana dan rundown harus diatur sedemikian rupa. 

Pertama saya menelpon rumah sakit, memastikan jam praktek dan booking. Kemudian saya minum obat penghilang nyeri, efeknya akan meredakan sakit hingga waktunya saya bertemu dokter nanti malam, begitu perhitungan saya.

Rencananya, jam 3 makan siang dan semua urusan rumah  beres. Jam 5 kurang saya berangkat ke halaqah di mesjid Al Azhar dan jam 6 saya akan izin untuk ke dokter. Jam 6.15 atau jam 7 paling lambat, saya sudah periksa ke dokter dan jam 8 sudah pulang.

Kenyataannya, jam 6.15 saya sudah di rumah sakit. Jam 6.30 dokter meng-cancel dan meminta maaf. Jam 6.45 dokter pengganti akhirnya bisa dihubungi, ia memastikan jam 7.30 akan tiba. Saya pikir 45 menit tidak masalah toh waktu tunggu akan kepotong salat Maghrib dan cepat berlalu.

Jam 7.45 dokter belum muncul, bisa jadi masih terjebak macet. Jam 8 dokter kembali dihubungi, sudah di jalan katanya, 15 menit akan sampai. "Hanya 15 menit, tunggu saja du'" begitu bisik otak. Tapi setengah jam dan dokter belum muncul juga. Ketika ditelpon, ia memastikan dalam 10 menit ia akan sampai.

"Baiklah, ini 10 menit terakhir. Jika dokternya tidak datang saya minta uang dikembalikan." Jawab saya pada petugas di rumah sakit. 10 menit itupun berlalu, dan batang hidung si dokter tak juga kelihatan. Kali ini saya menyerah, selain gigi, pinggang mamak ikut nyeri sekarang. 

Jika masih merasa sombong, merasa semua bisa diatur, diprediksi, ditentukan dan semua akan berjalan sebagaimana direncanakan, yuks ah istighfar.

Rencananya nikah dengan a, jodohnya b. Kuliahnya bidang x, kerjanya z. Uang ditabung untuk keperluan d, habis terpakai untuk urusan f dan seterusnya. Karena kamu berkehendak, saya berkehendak dan hanya kehendak Allah yang akan terjadi. Kamu berencana, saya berencana, tapi Allah lah yang menentukan. 

Sore itu kadar rezeki dari majelis ilmu di mesjid sudah diatur Allah, maka jam 6 saya harus pergi. Bukan karena saya sudah ada janji dengan dokter gigi, tapi rezeki saya mendapat ilmu hanya segitu.

Malam itu dokter tidak jadi datang, penggantinyapun tidak muncul, bukan karena saya sial. Ini adalah kemaha halusan Allah yang menjadikan saya sebab pengantar rezeki pada dokter yang membuka praktek dan mengobati warga sekitar dengan bayaran simbolis alias murah meriah.

Selama menunggu tak terpikir mencari dokter lain dengan bertanya, googling ataupun pake aplikasi dokter online, ini juga sudah Allah atur.

Malam itu, meninggalkan praktek dokter murah meriah, saya baru sadar ternyata disebrangnya ada klinik gigi yang lumayan megah dengan papan nama berukuran raksasa dan terang benderang. Berarti matapun sudah diatur untuk justru melihat papan nama imut di sebrang, ujung jalan itu, Subhanallah.

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab "Allah." Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"

Wallahu 'alam bissawab.

(fb penulis)
Baca juga :