[PORTAL-ISLAM.ID] Kemarin sempat ziarah salah satu Sheikh yang dekat Menteri Agama (Menteri Awqaf) Suriah yang baru, Sheikh Dr. Abul Khaer Shukry. Sheikh menceritakan beberapa hari yang lalu ada pertemuan dengan Menteri Agama, menurut beliau pemerintah saat ini cq. Kementerian Agama sedang fokus pada beberapa hal prioritas, antara lain membenahi status kekayaan tanah Waqaf di Suriah, khususnya di ibukota Damaskus.
Damaskus itu terkenal banyak tanah Waqaf sejak dulu, dan selama 60 tahun terakhir tanah waqaf itu banyak diselewengkan, disalahgunakan, dieksploitasi untuk kepentingan pribadi, bahkan dimiliki oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Salah satu kasus sengketa Waqaf adalah bangunan bertingkat 5 di samping stasiun Hijaz Ottaman di tengah kota Damaskus yang selama puluhan tahun digunakan untuk kantor dinas Pertanian kota Damaskus, ternyata bangunan dan tanah itu adalah tanah wakaf yang diwakafkan oleh muhsinin sejak hampir 100 tahun lalu untuk dimanfaatkan oleh pelajar Agama. Setelah pemerintahan baru berkuasa, dan dibongkar semua data tanah wakaf, Kementerian Agama terpaksa mengusir kantor dinas Pertanian, dan bangunan itu akan digunakan sesuai dengan amanat yang wakafkan.
Ada lagi tanah kosong yang selama ini digunakan sebagai fairground oleh pemerintah, kadang-kadang buat pasar malam tahun baru, tanah seluas 1000 hektar di depan hotel Meridien itu ternyata masih tercatat di Kementerian Agama adalah tanah milik Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang diwakafkan sekitar 1300 tahun lalu untuk tempat perawatan kuda dan hewan ternak yang sakit! Kemarin aku lihat disitu ada banyak mobil diparkir, ratusan mobil mewah, mungkin itu mobil “sakit” alias sitaan, diqiyaskan dengan kuda yang sakit mungkin 😁
Hal itu meningatkanku pada kisah Imam Nawawi yang tidak mau makan buah-buah dari perkebunan di Damaskus, ketika ditanyakan oleh muridnya, Sheikh Alauddin Ibnul Attar, beliau menjawab bahwa ada banyak tanah wakaf disini yang disalahgunakan…..kalau makan yang tidak jelas begitu “bagaimana mungkin jiwaku merasa tenang….”. Rahimahullah Imam Nawawi. Ini mungkin karena wara’nya Imam Nawawi, sudah beda level beliau itu, makanya beliau memilih tidak makan.
Beberapa hari sebelumnya, aku sempat berziarah ke Makam Imam Nawawi di kampungnya di kota Nawa di Selatan Suriah (± 10 km dari Golan), beberapa tahun lalu makam itu pernah diledakin oleh orang sakit jiwa, namun 2 tahun lalu diperbaiki kembali oleh pemerintah setempat.
Ada petugas penjaga makam itu tidur di dekat makam, kutanya apakah dia pernah mimpi melihat Imam Nawawi, katanya ada beberapa kali. Waktu kutanya bagaimana perawakan sang Imam, kata dia “beberapa kali aku mimpi ada orang laki-laki kurus dan tidak terlalu tinggi mengakui dia Imam Nawawi, meskipun kurus tapi sangat berwibawa, dia memiliki jenggot lebat rapi dan hitam.”
Imam Nawawi memenuhi hidupnya dengan mengajar dan menulis, buku yang ditulisnya lebih banyak dari umurnya, ratusan jilid buku tersebut masih dikaji dan dibaca sampai sekarang, setelah hampir 750 tahun setelah beliau meninggal. Sebut saja “Best Seller” yang hampir dibaca di belahan bumi manapun ada penduduk muslim, yaitu Riyadhus Shalihin. Saking sibuknya berjuang dengan pena, beliau meninggal dalam keadaan jomblo, pada umur sekitar 44 tahun, lagi puncak-puncak produktifnya.
(Saief Alemdar)