"ISRAEL MEMBUNUH BAYI-BAYI SEBAGAI HOBI"
Itu bukan kata dari aktivis pro-Palestina. Bukan dari ulama. Tapi dari Yair Golan, salah satu pemimpin politik Israel sendiri.
Ia berkata, "Negara yang waras tidak melancarkan perang terhadap warga sipil, tidak membunuh bayi sebagai hobi, dan tidak menetapkan tujuan pengusiran serta pemusnahan suatu populasi."
Ironisnya, justru itulah yang Israel lakukan - setiap hari, setiap pekan, selama puluhan tahun.
Lalu, lihatlah mereka yang hari ini paling sibuk menghujat Hamas. Lantang bicara soal "terorisme", "perisai manusia", "hak Israel membela diri". Tapi lidah mereka kelu saat Israel membantai anak-anak di Rafah. Mata mereka buta saat bayi-bayi dibakar hidup-hidup. Mereka bungkam ketika kamp pengungsi dihujani bom.
Ini bukan ketidaktahuan. Bukan netralitas. Ini adalah bagian dari propaganda sistemik. Mereka mengulang suara penjajah, menjadi corong propaganda yang menutup fakta, membungkam simpati, dan membalik logika kemanusiaan.
Mereka hanya muncul saat rakyat Palestina melawan. Tapi menghilang saat rakyat Palestina dikubur hidup-hidup. Mereka bukan penjaga moral tapi alat legitimasi pembantaian.
Hamas bukan malaikat, tentu bisa salah. Tapi jangan lupa, kita yang hidup damai pun sering keliru. Apalagi mereka yang hidup di tengah perang, dikepung dari segala arah, dipaksa memilih antara hidup atau mati. Tidak ada waktu bagi mereka untuk berkonsultasi dengan para pakar sebelum membalas serangan. Tapi satu hal pasti: Hamas bukan akar masalah.
Akar masalahnya adalah penjajahan. Pengusiran. Penindasan. Dan pembunuhan sistematis oleh Israel. Siapa yang diam, atau malah menyalahkan korban saat bayi-bayi dibantai tanpa dosa maka dia bagian dari kejahatan itu sendiri.
DIAM MU ADALAH BAGIAN KEJAHATAN
Mereka bilang, “Kami tidak membela Israel, tapi Hamas itu teroris, ia tak mewakili islam, aqidahnya menyimpang.”
Padahal mereka tak pernah menyebut satu pun kejahatan Israel. Tak pernah bicara soal ratusan pemukiman ilegal, ribuan anak yang dibunuh, atau rumah-rumah yang dihancurkan hanya karena ditempati orang Palestina.
Mereka ingin tampil netral. Tapi netralitas di hadapan penjajahan adalah keberpihakan pada penjajah. Diam saat kejahatan terjadi, juga adalah sebuah sikap. Dan itu kompromi dengan kebiadaban.
Bayangkan jika semua itu terjadi pada diri mu, yang dibantai itu anak-anakmu, atau yang dibakar hidup-hidup di tenda pengungsian itu keluarga mu. Lalu dunia hanya berkata: “Ya, tapi Hamas juga salah,.”
Apa kamu masih bisa terima itu?
Kita hidup di zaman di mana kebohongan dan propaganda yang diulang terus menerus agar terdengar seperti kebenaran. Tapi suara kita, suara anda, sekecil apa pun, tetap bisa jadi batu kerikil di roda besar propaganda itu.
Kita bisa jadi saksi yang jujur. Dan hari ini, menjadi jujur saja sudah dianggap berani.
Kita Tak Bisa Diam
Mungkin kita bukan warga Gaza. Mungkin kita tak sedang berhadapan langsung dengan tank dan rudal. Tapi bukan berarti kita menutup mata dan tak bisa berbuat apa-apa.
Kita sudah tahu diam adalah kejahatan, bergerak adalah keberpihakan.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan?
1. Sebarkan Narasi Kebenaran
Bantu lawan propaganda. Jangan biarkan kebohongan merajalela. Tulis. Bagikan. Suarakan. Jadilah suara bagi mereka yang dibungkam bom dan puing-puing.
2. Boikot Produk yang Mendukung Penjajahan
Jangan biayai pembunuhan dengan dompet kita. Cari tahu, pilih produk yang tidak ikut menopang mesin penjajahan. Boikot bukan soal kebencian, tapi soal tanggung jawab moral.
3. Dukung Lembaga yang Amanah
Salurkan bantuan ke lembaga yang terpercaya. Mereka yang tetap bekerja di medan bahaya, mengirim makanan, obat, dan harapan untuk yang nyaris kehilangan segalanya.
4. Edukasi Lingkungan Sekitarmu
Jelaskan akar konflik. Lawan narasi sesat yang menyamakan penjajah dan yang dijajah. Palestina bukan konflik agama semata, ini soal hak asasi, penjajahan, dan perlawanan.
5. Tegakkan Doa, Tegakkan Kesadaran
Jangan remehkan doa dari hati yang peduli. Tapi jangan jadikan doa sebagai pelarian untuk tidak bertindak. Gabungkan keduanya. Hati yang berdoa, tangan yang bekerja.
Hari ini, Gaza butuh lebih dari sekadar simpati. Mereka butuh kita berpihak. Karena di zaman ini, berpihak pada kebenaran adalah bentuk paling nyata dari keberanian.
Dan sejarah akan mengingat, siapa yang bersuara, dan siapa yang memilih tetap diam di tengah pembantaian manusia.
(Andra Febi)