Ujungnya Prabowo Kena Getah
Oleh: Erizal
Meski tak terkait langsung dengan Presiden Prabowo, tapi ujungnya Sang Presiden juga yang agaknya terkena getahnya. Baik kasus ijazah Jokowi maupun usulan pemakzulan Wapres Gibran yang didorong oleh Forum Purnawirawan Prajurit TNI. Kalau semua orang yang menduga ijazah Jokowi palsu dijadikan tersangka, maka orang akan menganggap Jokowi masih powerfull dan Prabowo masih berada di bawah bayang-bayang Jokowi. Sebaliknya, kalau tak ada tersangkanya, maka Prabowo dianggap sudah pegang kendali atas Jokowi.
Maju kena, mundur kena. Apa pun yang terkait dengan Jokowi, Presiden Prabowo menjadi serba salah. Bahkan kasus-kasus yang terbongkar di era Prabowo, semua kasus di era Jokowi dan celakanya, dikaitkan dengan Jokowi pula. Mulai dari pagar laut, pertamina, jutaan hektar lahan yang disita, sritex, kementerian pendidikan, sampai judol yang menyeret orang dekat Jokowi, tapi seperti sengaja dibelokkan. Kasus ijazah Jokowi dan usulan Forum Purnawirawan Prajurit TNI itu, hanyalah bagian kecil saja. Semua belum ada yang dituntaskan.
Presiden Prabowo masih terlihat hati-hati, meski tak diam. Semua dipertimbangkan seperti menarik rambut dalam tepung. Tepung tak tumpah, tapi rambutnya tertarik dengan baik. Prabowo tak lagi berkomentar soal ijazah Jokowi, setelah Jokowi memperkarakan ijazahnya ini secara hukum. Dan polisi pun cepat bergerak setelah didatangi Jokowi. Belum tahu, apakah Prabowo setuju dengan prosesi itu. Termasuk juga usulan pencopotan Gibran, tak dikomentari. Prabowo pasti melihat siapa yang bermain. Siapa sebetulnya yang menjadi korban?
Mantan terpidana kasus UU ITE Buni Yani yakin betul Roy Suryo Cs akan menjadi tersangka persis seperti dirinya yang merasa korban kriminalisasi rezim Jokowi. Dia merasa Jokowi, meski bukan Presiden lagi, masih kuat seperti dulu. Ini terlihat dari langkah-langkah yang dibuat pihak Kepolisian. Kalau itu yang terjadi, Buni Yani merasa kecewa dengan Presiden Prabowo. Berarti, tak ada perbaikan yang dilakukan. Persis seperti dikatakan penasihat Kapolri Aryanto Sutadi bahwa akan banyak tersangka dlm kasus ijazah Jokowi ini memakai UU ITE.
Semua sedang melihat gerak-gerik Presiden Prabowo. Cukup pelajaran pencopotan Letjen Kunto Arief Wibowo lalu tiba-tiba berubah lagi 1x24 jam. Prabowo tak bisa dilangkahi dengan cara halus sekalipun. Dengan alat yang dimilikinya, pasti dia tahu apa yang terjadi dalam kasus ijazah Jokowi, juga usulan Forum Purnawirawan Prajurit TNI itu. Bahkan, yang lebih besar dari itu kasus-kasus yang terbongkar, tapi terkesan ada penghalang. Belum lagi ancaman yang dialami penegak hukum yang serius membongkar kasus yang ada. Prabowo tak main-main.
Setelah dilantik 8 bulan lalu, Presiden Prabowo terlihat tak berkompromi dengan pihak-pihak yang merugikan negara-bangsa ini. Diberikan kesempatan bertobat, tapi bila tak mau, akan dibereskan. Tapi di sisi lain memang belum ada yang benar-benar beres keakar-akarnya. Tak mudah, tentu saja. Tapi pastilah Prabowo sudah punya catatan, pihak mana yang mesti dilanjutkan dan mana yang harus disegera dipotong. Anehnya, harapan kubu oposisi pun besar pada Prabowo. Ini tak pernah terjadi dalam sejarah kita. Kubu oposisi, sukses pula dirangkul.
Kadang lebih optimis pula kubu oposisi, yang kemarin tak mendukung Prabowo, ketimbang yang mendukung. Ini karena pernyataan Prabowo yang tegas mengatakan tak akan pandang bulu dalam penegakan hukum. Tak hanya sekadar pernyataan, tapi wujud dalam tindakan. Belum pernah ada harapan terhadap pemerintahan baru setinggi Prabowo. Jauh melebihi total orang yang memilih Prabowo-Gibran itu sendiri. Artinya, yang tak memilih pun sudah menaruh harapan pada Prabowo. Ini terlihat kubu oposisi pun, tampak mantap merapat ke Prabowo.
Politik Presiden Prabowo merangkul semua, Persatuan Indonesia. Merangkul bukan berarti berkompromi atau mentolerir adanya penyimpangan. Agaknya itulah yang membedakan Prabowo dengan Jokowi. Jokowi seperti tak mau tahu dengan penyimpangan yang terjadi, asal ia tetap bisa bertahan dalam kekuasaan. Bahkan sudah rahasia umum pula, kasus hukum pun bisa digunakan melanggengkan kekuasaannya. Wajar saja kalau di era Prabowo banyak yang terbongkar, karena ia tak main-main. Bahkan TNI pun dikerahkan buat melindungi para jaksa.
(*)