Jika diperhatikan di banyak perkara dalam Syariat Islam, kita menemukan bahwa Allah Swt selalu mengingatkan manusia akan Nabi Muhammad:
Misalnya, saat seseorang mau masuk Islam, setelah bersyahadat akan "La Ilaha illa Allah", ia tertuntut harus menyambungnya dengan syahadat akan "Muhammad Rasulullah". Jika mencukupkan diri hanya mengucapkan syahadat "La ilaha illa Allah", maka Islamnya belum sah.
Saat sholat, seseorang tidak akan sah sholatnya sampai bersyahadat dan sholawat ke Nabi di duduk tasyahhud akhir.
Bahkan saat sholat Jenazah yg secara defaultnya tidak ada duduk, Allah menjadikan takbir yg kedua khusus untuk sholawat ke Nabi, agar jangan sampai ada sholat yg tidak ada sholawat ke Nabi.
Saat khutbah, tidak akan sah khutbah seseorang sampai ia bersholawat ke Nabi ﷺ.
Begitu juga saat adzan, saat berdoa, dan seterusnya, banyak ibadah yg disunnahkan bersholawat ke Nabi di sana, sampai akhirnya nanti di kubur, tiap orang akan ditanya, "siapa Nabimu?".
Di sebagian riwayat disebutkan bahwa bahkan nanti ketika kita sudah di surga, kita akan melihat tiang-tiang dan pintu-pintu surga tertulis, "Muhammad Rasulullah"
Ini semua agar kita tidak lupa bahwa Nabi-lah wasithoh kita menuju Allah.
Jika Nabi bersabda,
لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ
"Seseorang belum dikatakan bersyukur kepada Allah sampai ia berterima kasih kepada manusia."
Maka "an-Nas" (manusia) yang paling wajib kita syukuri dan berterma kasih kepadanya adalah Nabi Muhammad ﷺ.
الله صل وسلم وبارك وأنعم على سيد الخلق أجمعين نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه
(Ustadz Amru Hamdany)