GORO-GORO DI ASTINA PURA

GORO-GORO DI ASTINA PURA
(Sebuah Kisah Fiksi)

Oleh: Wendra Setiawan

Petruk sadar, setelah lengser, ia dan keluarganya tidak akan punya kesempatan lagi untuk bergaul di lingkaran elite politik jika ia tidak mempersiapkan calon pewarisnya sejak dini.

Walaupun anak-anak dan menantunya sudah mulai belajar politik, tapi ia tidak yakin karir mereka akan terus meroket tanpa dikatrol. Dan dia tahu betul, tidak mungkin mengatrol karir anak-anaknya secara maksimal saat dia tidak lagi berkuasa.

Terlalu berat jika harus membiarkan mereka merangkak dari bawah seperti dirinya dulu. Keajaiban tidak mungkin datang dua kali. Selain itu, selama menjabat anak-anaknya tidak punya gebrakan sama sekali. Jualan jargon sederhana dan merakyat juga tidak mungkin ampuh digunakan lagi.

Setelah berkonsultasi ke sana sini, termasuk berkonsultasi ke Rahwana yang sedang sakit, Petruk pun disarankan untuk segera melakukan dua hal penting agar namanya tidak hilang. Pertama, menjadikan salah satu anggota keluarganya ketum sebuah partai politik. Kedua, segera mengorbitkan anak-anaknya ke tingkat elite agar pekerjaannya nanti jadi lebih mudah.

Untuk jadi ketum di parpolnya sekarang, Petruk tahu itu sangat tidak mungkin. Tidak mungkin Dewi Kunthi melepas tahta ketum partai ke orang lain yang bukan dari trah keluarganya. Lalu dibidik lah satu partai kecil yang tidak jelas arah tujuannya, untuk diakuisisi, yaitu Partai Sontoloyo. Kebetulan platform partai kecil itu adalah menjadi pemuja dirinya tanpa batas. Dan ajaib sekali, sekali lirik, tiba-tiba anaknya jadi ketua umum partai tersebut.

Sekarang tinggal merancang jalan keluar kedua: mengatrol karir sang pangeran setinggi-tingginya sebelum dia lengser.

Lalu dia lihat seorang pria tua yang birahi berkuasanya masih menggebu-gebu: Bagong Gentolet!

Kebetulan sekali. Konon kata orang-orang tua zaman dulu, orang yang sedang birahi biasanya jadi tolol dan lebih mudah dikendalikan, selama apa yang membuat dia birahi bisa dikuasai.

Manfaatkan saja! Jadikan putra mahkota wakil pak tua. Orang setua itu paling cuma kuat satu periode. Anaknya juga tidak mungkin jadi penerusnya. Cuma berkorban 5 tahun. Setelah itu, keluarga dan sanak saudaranya akan ada di dewan, senat, MA, MK, kejaksaan, militer, kepolisian, dan lain-lain. 

Astina pun jadi milik keluarganya hingga tujuh turunan.

Sekian. 

Sekali lagi ini cuma fiksi. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan peristiwa, anggap saja tidak sengaja.

(*)
Baca juga :