[PORTAL-ISLAM.ID] Baru-baru ini, pengamat sekaligus akademisi Perguruan Tinggi, Rocky Gerung mengaku ragu dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menyebut 65 persen anak muda di Tanah Air puas dengan kinerja Presiden Jokowi.
Padahal, menurut Rocky Gerung, ada sejumlah masalah yang belakangan terus menerus menghantui Indonesia. Itulah mengapa, dia meminta supaya anak muda lebih terbuka terhadap fenomena nasional.
Namun, jika ternyata survei tersebut akurat, tandanya anak muda di Indonesia memang kurang memahami kondisi negaranya. Mereka, kata Rocky, tidak membaca surat kabar atau media lainnya. Sehingga, mereka tidak mendengar kasus-kasus besar seperti kartel beras dan penganiayaan yang menimpa Habib Rizieq.
“Artinya 65 persen anak muda Indonesia tidak pernah baca koran, tidak pernah tahu kasus pengambilalihan Partai Demokrat, tidak pernah tahu problem kartel beras, tidak pernah tahu korupsi yang dibiarkan, tidak pernah tahu Habib Rizieq dianiaya,” ujar Rocky Gerung, dikutip dari Pikiran-rakyat, Selasa 23 Maret 2021.
Lebih jauh, dia menambahkan, lembaga survei tersebut sama saja telah menghina anak muda atau milenial yang justru lebih tahu tentang kondisi Indonesia.
Hal inilah, yang kemudian membuat Rocky curiga terhadap sejumlah lembaga survei, termasuk pada pernyataan Qodari dari Indo Barometer dan Burhanuddin dari Indikator Politik Indonesia.
Rocky Gerung lantas menyinggung teori Marshal McLuhan yang menyebut bahwa media itu sejatinya membawa pesan.
“Sekarang medianya sendiri adalah pesan, jadi sekarang kita mau tahu Burhanuddin ini (atas) pesan siapa yang menghasilkan 65 persen itu, dan langsung dikontraskan dengan DKI?” tuturnya.
Anak muda puas kinerja Jokowi, Rocky Gerung ragukan survei
Masih berkenaan dengan hasil survei tersebut, Rocky Gerung meminta, sebaiknya lembaga survei tidak hanya memaparkan angka kepada publik. Mereka perlu melakukan double questioning atau pendalaman penelitian terhadap hasil surveinya tersebut.
“Lalu dianalisis, apakah betul mereka nggak baca koran. Justru itu akademisi harus lakukan double questioning dalam hasil penelitiannya.”
“Bukan sekedar memaparkan lalu orang seolah-olah digiring dengan opini bahwa ‘karena anak muda masih mendukung Jokowi, bahkan 65 persen, oleh karena itu tiga periode harus dilanjutkan. Kan begitu disambungnya,” tegasnya.
Sebagai pengamat, Rocky mengaku kerap ragu terhadap hasil survei yang diedarkan lembaga terkait. Pria yang kerap memposisikan dirinya sebagai filsuf itu juga selalu menduga, ada kepentingan yang sengaja disisipkan dalam metodologi survei yang dilakukan.
“Nah itu pentingnya lembaga riset di awalnya dibuka, riset ini tiba-tiba dibuat di era ketika Jokowi lagi turun. Apa fungsinya? yang kedua siapa yang membayar riset itu? Kan etika penelitian mesti begitu,” kata dia.[hops]