THR Untuk OJOL, Duitnya dari mana? padahal GOTO merugi terus

Catatan Agustinus Edy Kristianto:

THR (Tunjangan Hari Raya) dan BHR (Bonus Hari Raya) itu beda.

Sangat berbeda!

THR adalah pendapatan non-upah yang wajib dibayar tunai (dari dulu memang harus tunai, bukan karena disuruh presiden yang sekarang saja). Besarannya satu bulan upah bagi pekerja dengan masa kerja minimal 12 bulan. Jika di bawah itu, dihitung secara proporsional. Jika terlambat bayar, pengusaha kena denda 5%. Jika tidak dibayar, sanksinya jelas: teguran, pembatasan kegiatan usaha, hingga pembekuan (Permenaker 6/2016).

BHR sifatnya hanya imbauan. Besarnya 20% dari rata-rata pendapatan 12 bulan terakhir bagi yang produktif, sedangkan bagi yang tidak produktif disesuaikan dengan kemampuan perusahaan aplikasi. Syaratnya pun banyak: minimal 250 trip per bulan, online minimal 9 jam sehari, tingkat penyelesaian order, rating pengemudi...

Kata Presiden Prabowo, jumlah ojol dan kurir aktif 250 ribu orang, sedangkan yang part-time 1-1,5 juta orang. Kalau UMP Jakarta Rp5,3 juta, setidaknya butuh Rp1,3 triliun untuk THR 250 ribu ojol/kurir aktif.

Memangnya perusahaan aplikasi mau keluar duit segitu?

Pendeknya, selama statusnya masih mitra, THR mustahil ada. Kalaupun dipaksakan dengan perubahan status menjadi karyawan, belum tentu duitnya ada. Kalaupun duitnya ada, belum tentu perusahaan mau bayar. Simpel!

---

Pada Rabu (12/3/2025), GOTO merilis laporan keuangan 2024. Mulailah permainan kata-kata di media:

- GOTO pangkas kerugian 96% dan cetak rekor (Investor.id)
- GOTO bukukan rugi Rp5,15 triliun, susut 94,33% sepanjang 2024 (Katadata)
- GOTO rilis Lapkeu 2024, pendapatan naik, rugi terpangkas 94% (CNBC Indonesia)
- Kerugian menyusut, sentimen positif angkat saham GOTO (IDX Channel)
- Rugi GOTO mengecil, turun 94,29% (IDN Financials)
- GOTO tekan rugi bersih Rp90,5 triliun jadi Rp5,46 triliun di 2024 (Bisnis.com)
- GOTO Tunjukkan Kinerja Gemilang di 2024, GTV dan EBITDA Cetak Rekor Tertinggi (Warta Ekonomi)
- GOTO Umumkan Kinerja di Rekor Tertinggi, Begini Detailnya (Suara.com)

Intinya? GOTO tetap rugi. Sahamnya rugi (turun terus dibandingkan harga IPO). Bisnisnya rugi (tidak ada dividen). THR tidak ada.

Sepertinya makin klop dengan 'janji' di prospektus bahwa perusahaan ini rugi sejak didirikan dan tidak menjamin profitabilitas di masa depan!

---

Saya kritik media yang enggan menyelami bagaimana kerugian itu terbentuk. Ada apa di balik angka-angka itu? Apa yang hendak ditutup-tutupi? Siapa yang sebenarnya diuntungkan dengan deretan angka rugi ini? Jangan-jangan ujungnya rugi membawa nikmat buat konglomerat?

Arus kas operasional GOTO selalu negatif dari 2022 hingga 2024:

- 2022: Rp-17,2 triliun
- 2023: Rp-4,3 triliun
- 2024: Rp-620 miliar.

Terlihat 'membaik', tetapi saya duga bukan karena peningkatan profit bisnis, melainkan karena pemangkasan biaya.

Yang paling janggal sebenarnya impairment goodwill (pengakuan penurunan nilai goodwill). Saat Gojek-Tokopedia merger (2021-2022), goodwill dicatat Rp93,84 triliun, menciptakan ilusi bahwa perusahaan punya aset besar dan valuasi tinggi menjelang IPO.

- 2022: Goodwill dicatat Rp82,83 triliun (susut Rp11 triliun).
- 2023: Goodwill turun drastis menjadi Rp4,06 triliun (impairment Rp78,77 triliun).
- 2024: Goodwill tinggal Rp370 miliar (susut Rp3,69 triliun).

Saya duga impairment inilah faktor utama mengapa tampilan rugi terlihat mengecil—efek akuntansi, bukan perbaikan bisnis.

Yang tak bisa dipungkiri, meskipun kerugian tahunan tampak menurun, akumulasi rugi di neraca justru terus membengkak:

- 2021: Rp-78 triliun
- 2022: Rp-118,4 triliun
- 2023: Rp-208,93 triliun
- 2024: Rp-214,1 triliun

Karena goodwill semakin susut, bakal semakin sedikit pula yang bisa dihapus untuk 'menyelubungi' kerugian sebenarnya pada laporan keuangan berikutnya.

Lalu, mau apa sekarang? Tambah utang? Terbitkan saham baru? Jual aset atau unit bisnis?

Atau... minta tolong Danantara?

Mumpung Menteri BUMN sekaligus Dewan Pengawas Danantara adalah Erick Thohir—adik salah satu pemegang saham dan pengurus GOTO.

Mumpung arahan presiden ke Danantara sudah jelas: energi dan pangan; pengolahan sumber daya alam; IT dan digital!

Masih ingat kisah spektakuler empat tahun lalu? Kisah kakak-beradik yang berhasil 'mengail' Rp6,4 triliun duit BUMN Telkomsel hanya untuk nyebur amsyong di saham GOTO?

Plotnya kemungkinan besar bakal seperti itu lagi.

Pembenaran bisa dicari.

Salam

(fb)
Baca juga :