Tiket Konser Ludes = Ekonomi Baik-baik Saja?

๐“๐ข๐ค๐ž๐ญ ๐Š๐จ๐ง๐ฌ๐ž๐ซ ๐‹๐ฎ๐๐ž๐ฌ = ๐„๐ค๐จ๐ง๐จ๐ฆ๐ข ๐๐š๐ข๐ค-๐›๐š๐ข๐ค ๐’๐š๐ฃ๐š?

Membaca pernyataan Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu ini asli saya tertawa mirisโ€ฆ

Bagaimana tidak, seseorang yang katanya DOKTOR di bidang รฌlmu Ekonomi lulusan Amrik, dosen di Fakultas Ekonomi UGM, kok ya bisa-bisanya menjadikan fenomena "tiket konser musik mahal ludes" sebagai parameter baik tidaknya keadaan perekonomian secara umum.

Mari kita bahasโ€ฆ

๐Ÿ”ด Ludes Tiket Konser = Perekonomian Baik-baik Saja?

Ludesnya tiket konser memang menunjukkan adanya permintaan yang tinggi terhadap hiburan, yang bisa diartikan sebagai indikator bahwa "sebagian masyarakat" memiliki daya beli yang cukup untuk pengeluaran non-esensial. Hal ini mencerminkan konsumsi rumah tangga yang kuat, yang merupakan komponen utama dalam Produk Domestik Bruto (PDB).

Namunโ€ฆ

๐Ÿ”ด Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Fenomena ini juga perlu dilihat dalam konteks distribusi pendapatan, di mana kemampuan untuk membeli tiket konser yang berharga tinggi itu hanya terbatas pada kelompok masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas.

Adapun kelompok masyarakat berpendapatan rendah, maka mereka jelas tak memiliki akses yang sama terhadap hiburan semacam itu, yang mencerminkan adanya ketimpangan ekonomi (distribusi pendapatan).

โ€ผ๏ธ Distribusi pendapatan di Indonesia itu jelas bisa dikatakan TIDAK MERATA.
Iya memang GDP per capita Indonesia itu USD 4.960 (atau USD 16.860 dalam PPP). Akan tetapi beberapa waktu lalu World Bank mengeluarkan data bahwa 60,3% penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan (yaitu hidup dengan pendapatan di bawah USD 6,85 /hari PPP atau USD 2.500 /tahun PPP).
60,3% penduduk Indonesia hidup dengan pendapatan sangat jauh di bawah USD 16.860 itu, dan itu terlihat pada "Gini Coefficient" Indonesia di angka 0,38.

Apa arti angka 0,38 itu?

Artinya Indonesia ada di level kue pendapatan nasional yang tidak dibagi dengan merata (highly unequal income distribution).

20% teratas (T20) menikmati 45% atau lebih dari kue pendapatan nasional.

40% terbawah (B40) hanya mendapatkan kurang dari 20% dari kue pendapatan nasional.

1% teratas menikmati bagian yang sangat besar dari kue pendapatan nasional.

Intinya โ†’ yang kaya itu kaya banget, namun prosentase mereka sedikit sekali sedangkan yang miskin itu miskin banget sedangkan prosentase mereka besar sekali.

โš ๏ธ Sehingga jelas bahwa lakunya tiket konser mahal TIDAK BISA dijadikan parameter untuk menunjukkan keadaan perekonomian yang baik-baik saja, sebab distribusi pendapatan nasional itu sendiri tidaklah merata.

Itu saja dari saya yang รฌlmu Ekonominya sudah karatan. Saya yakin mahasiswa Ekonomi yang sudah dapat Macroeconomics 202 dan Development Economics pasti juga tahu hal ini, termasuk juga mahasisya UGM tempat sang Wamenkeu mengajar.

(Oleh: Arsyad Syahrial)

Baca juga :