Orang Saudi Dan Perilaku Korupsi
Oleh: Hartono Subirto (WNI kerja di Saudi)
Yang ingin saya tuliskan bukanlah bagaimana korupsi di Arab Saudi, namun pengalaman saya tentang orang Saudi dan adanya kesempatan untuk korupsi. Sebagai informasi, di Saudi bukan tidak ada kasus korupsi. Pemerintah Saudi telah menangkap lebih dari 6.000 orang pelaku korupsi dari tahun 2021 sampai 2025.
Mungkin kita berfikir, kok lebih sedikit dari negara awan koruptor yang ditangkap? Ya, karena di Saudi, tidak ada kasus korupsi yang tidak diungkap.
Sementara di negara awan (NKRI -red), mungkin koruptor yang ditangkap hanya yang ketahuan saja, namun akan berkali-kali lipat jumlahnya apabila digabung dengan yang tidak ketahuan atau tahu sama tahu he he he...
1. Saat saya masih di negara awan (NKRI) dan bekerja pada sebuah vendor, sudah biasa menerima pesan singkat di sms atau WA dengan kata-kata sebagai berikut, "Mas, untuk satu site acceptance kordinasinya 500 ribu ya...". Padahal ada 1000 site, silahkan hitung saja berapa itu he he he. Kalau kita gak kasih atau kasih kurang, akan ada saja kesalahan yang dicari.
Namun saat saya bekerja Saudi, Alhamdulillah semua lurus saja. Jangan coba-coba menawarkan orang Saudi yang menandatangani acceptance kita dengan "uang kordinasi", atau kita akan berurusan dengan KPK Saudi (Nazaha). Suatu hari, saat sudah capek bolak-balik membuat revisi, maka sambil bercanda dan iseng saya tawarkan "kordinasi" ke orang Saudi yang menandatangani hasil pekerjaan, maka kata-kata yang keluar dari dia sambil tersenyum adalah "yakhrab baitik..." 🙂 , "tidak ada keberkahan dari uang itu...".kata dia lagi singkat.
2. Sebagai praktisi IT, saya sangat mengakui apabila Arab Saudi sudah 10 tahun lebih kedepan dari negara awan (NKRI) dalam menggunakan technology IT untuk Good Governance, khususnya pada kantor pemerintahan dan perusahaan bersekala besar bahkan juga untuk pribadi. Pemerintah sangat ketat memonitor lalulintas keuangan sampai pada skala pribadi.
Tahun 2011 lalu adalah awal ketatnya pengawasan keuangan di Arab Saudi. Apabila ada orang yang jumlah uang di rekeningnya melebihi dari hasil pendapatan dia baik dari gaji, dagang atau lainnya. Yakinlah dia akan berurusan dengan penegak hukum Saudi.
Diluar waktu kantor, saya pernah gunakan waktu saya untuk mengajar privat beberapa teman Saudi. Awalnya mereka membayar saya dengan cara transfer ke rekening bank saya di Saudi, namun setelah beberapa lama, saya dihubungi oleh pihak bank bahwa rekening saya sedang dimonitor karena dicurigai ada uang masuk di luar pendapatan saya yang telah terdaftar, maka sejak itu saya minta dibayar secara tunai saja he he he. Saya yakin, pelaku monitoring adalah technology IT, karena kalau orang akan berapa banyak orang yang dibutuhkan hanya untuk monitor rekening saja.
3. Saat saya membuat SIM di Saudi, maka terpampang jelas aturan dan alur dari awal mendaftar sampai SIM selesai. Kita ikuti saja aturan dan alur itu, maka SIM akan selesai sesuai dengan waktu yang tertera, tanpa diperlama atau dipersulit. Tidak ada perilaku "tes hanya formalitas atau pokoknya tinggal foto saja" tapi harus dengan tambahan biaya yang lumayan besar seperti yang terjadi di negara awan. "Keluar dari mobil, test anda gagal", begitulah ucapan petugas yang melakukan uji SIM tanpa bisa kita negoisasikan apabila test kita dalam ujian pengambilan SIM, khususnya ujian praktek yang gagal.
4. Sebenarnya kesempatan berlaku korupsi saat bekerja di Saudi, ya ada saja..., misalnya markup harga di invoice, nitip-nitip di kontraktor atau membuat laporan penilaian yang dipermainkan demi keuntungan pribadi. Namun lagi-lagi bagi saya dan tentunya juga bagi orang Saudi akan berfikir semilyar kali untuk melakukan. Resiko terkecil adalah kita akan dipermalukan, apalagi kalau kita seorang muslim, maka hukuman sosial di kantor akan membuat kita dalam kepengapan hati yang sangat sesak. Apabila pelakunya adalah orang biasa menjadi Imam sholat di kantor, maka setelah itu dipastikan tidak ada yang bermakmum dengan dia.
Mengapa Orang Saudi bisa demikian..? jawabannya adalah mereka selalu menjaga keberkahan dalam harta mereka.
Namun ada satu hal lagi yang kiranya bisa saya infokan, bahwa orang Saudi yang memiliki otoritas atau jabatan tinggi sehingga rawan akan prilaku korupsi dan mereka TIDAK korupsi, KARENA mereka adalah orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya.
Bagi orang Saudi, mobil bukan barang mewah, rumah bukan barang mahal, perhiasan kemana memamerkan, jalan-jalan adalah hal sangat biasa bahkan untuk menambah istripun tidak perlu ditakuti dengan paradigma sesat yang menakutkan.
Maka ketika mereka sudah selesai dengan dirinya, hanya ada satu perbuatan yang mereka lakukan, "hidup lurus dalam segala hal".
Sementara di negeri awan (NKRI), banyak pejabat atau orang yang berposisi tinggi yang belum selesai dengan dirinya, sehingga masih ingin terus meraih dan meraih dengan segala caranya.
Ahai... negeri awan, akan dibawa kemanakah dia...? bukan lagi juta, bukan lagi milyar, bukan lagi trilyun, bukan juga kuadriliun, tapi sudah kuintiliun yang jumlah nol nya sebanyak 18 korupsi yang terjadi. Negara kaya yang akan sakit dengkulnya lalu roboh kalau tidak segera diobati.
Saya ingat pada tahun 2007, saya pernah mengikuti test calon pegawai KPK untuk posisi digital forensik. Serangkaian test dan hasilnya saya lulus. Namun saya mengundurkan diri karena mendiang mertua tidak setuju karena khawatir saya akan di "santet".
Pada tahun 2008, saya ikut lagi dan lulus lagi, saya fikir mendiang mertua akan berubah dan setuju, namun rupanya tetap tidak setuju. Akhirnya mengundurkan diri lagi.
Mengapa saya kok nurut dengan beliau? ya selain beliau adalah mertua saya yang harus saya ta'ati seperti orang tua saya, namun saya sangat tahu bahwa beliau adalah orang yang sangat berdedikasi sewaktu bekerja pada sebuah BUMN besar dan memiliki posisi atau jabatan tinggi yang peluang untuk berlaku korup. Saya pernah diajak oleh beliau bersilaturahim ke rumah beberapa teman kantornya setelah beliau pensiun, dan telah saya lihat apa yang dimiliki oleh mendiang mertua saya tidak ada apa-apanya dengan yang apa yang dimiliki oleh teman-temannya padahal posisi temannya itu dibawah posisi beliau. Beliau banyak cerita, bahwa banyak sekali gangguan secara halus yang beliau terima hanya karena ingin berperilaku lurus. Semoga Allah ampuni segala dosa beliau dan memasukkannya kedalam syurga.
Salam.
(fb)