BUKAN ORANG ARAB

Thariq bin Ziyad, penakluk Andalusia, bukan orang Arab, tapi dari bangsa Berber (sekarang masuk wilayah Afrika Utara, terutama Maroko dan Aljazair).

Shalahuddin Al-Ayyubi, penakluk Jerussalem, bukan orang Arab, tapi berasal dari bangsa Kurdi (sekarang meliputi wilayah di Irak utara, Suriah utara, Turki tenggara, dan Iran barat).

Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel, bukan orang Arab, tapi berasal dari bangsa Turki (sekarang Turkiye modern).

Saifuddin Quthuz, penakluk Tartar, bukan orang Arab, tapi dari kalangan Mamluk (para budak militer yang berasal dari Asia Tengah atau wilayah Kaukasus seperti Uzbekistan, Georgia, Kazakhstan).

Barakah Khan (Berke/Birkai Khan) pencetus Khanat Berke, khanat Kekaisaran Mongol pertama yang beragama Islam, dia juga bukan orang Arab, tapi dari bangsa Mongol (sekarang Mongolia dan sekitarnya).

Para pahlawan ini, The Real Superhero, mereka bukan orang Arab, tapi berasal dari latar belakang kebangsaan dan suku yang berbeda-beda. Warna kulit mereka berbeda, bahasa mereka berbeda, namun mereka semua disatukan oleh keyakinan yang sama dan agama yang agung; ISLAM.

***

Imam Bukhari bukan orang Arab, tapi berasal dari Bukhara (sekarang di Uzbekistan).

Imam Muslim bukan orang Arab, tapi berasal dari Naisabur (sekarang Nishapur di Iran bagian timur laut). 

Ibnu Majah bukan orang Arab, tapi berasal dari Qazwin (sekarang di Iran barat laut).  

Abu Daud bukan orang Arab, tapi berasal dari Sijistan (sekarang wilayah Sistan dan Baluchestan, Iran tenggara dan sebagian Afghanistan barat).  
Imam Tirmidzi bukan orang Arab, tapi berasal dari Tirmidz (sekarang di Uzbekistan selatan, dekat perbatasan Afghanistan).  

Imam Nasa`i bukan orang Arab, tapi berasal dari Nasa, Khurasan (sekarang di wilayah Turkmenistan selatan).  

Para Pakar Hadis ini, yang menjadi Pondasi utama untuk Turats Sunnah, yang telah menyusun enam kitab Hadis utama (Kutubu-s-Sittah) sebagai sumber primer bagi umat Islam setelah Al-Qur`an, mereka semua bukan dari Arab, tapi berasal dari negeri-negeri Ajam non-Arab. Dan sekalipun mereka berbeda-beda dalam negara dan tanah air mereka, mereka disatukan oleh satu rasa cinta, yaitu kecintaan terhadap Sunnah Nabi SAW.

***

Agama ini, walaupun berawal dari bangsa Arab, namun tidak tertutup dan eksklusif hanya untuk orang Arab saja. Maka dari itu, tidak ada ras, suku, kabilah, negara, dan bangsa yang diistemewakan oleh Allah kecuali dengan takwa.

Abu Lahab dari Bani Hasyim (keluarga Nabi) berada di neraka, sementara Bilal dari Habasyah (sekarang Ethiopia) berada di surga. 

Abu Jahal dari Quraisy (suku Arab termulia) berada di neraka, sementara Salman Al-Farisi (dari Persia, sekarang Iran) berada di surga. 

Al-Walid bin Al-Mughirah, tokoh besar dari Bani Makhzum, juga di neraka, sementara Shuhaib Ar-Rumi, dari Bani An-Namir bin Qasith, yang ditawan menjadi budak oleh bangsa Romawi saat masih kecil (sehingga disebut “Ar-Rumi”, yaitu “dari Romawi”) berada di surga.

Orang-orang Quraisy yang memiliki nasab mulia, ternyata banyak yang masuk neraka. Sementara orang-orang yang dipandang sebelah mata karena kedudukan dan status soial mereka yang rendah, ternyata banyak yang masuk surga. 

Kita ini, dimuliakan dengan Islam, dan dihinakan ketika meninggalkan Islam. 
Baik dalam bidang keilmuan, peradaban, sosial, ekonomi, hingga politik dan militer, satu kata yang pantas kita banggakan adalah: "ISLAM."

Apa pun atribut yang menempel dalam diri kita, label yang melekat dalam baju kita, semua tiada artinya jika dilandasi fanatisme sektarian dan seruan jahiliyah. Umat Islam hanya akan mulia dan berwibawa ketika mereka menyandang keislaman dan keimanan mereka. Umat Islam akan memiliki izzah jika cinta mereka terhadap Agama dan Nabi mereka sudah melewati batas-batas kesukuan dan teritorial.

Namun.. Orang yang hanya membanggakan tahtanya, kedudukannya, emas-peraknya, etnisnya, warisan nenek moyangnya, legenda-legenda leluhurnya, maka semua kamuflase digdaya yang ada di pikirannya itu akan sirna, lalu ia akan terpenjara dalam halusinasi semboyan-semboyan kosong yang tak bermakna!

(Yusuf Al Amien)

Baca juga :