Orang Saudi dan "Main Proyek"
"Bro, proyek apa nih yang bisa kita mainkan...?"
"Bro, elu kan pegang proyek, bagi bagi kerjaan dong...?"
"Bro, ada yang bisa diolah jadi uang gak nih...?"
Itulah kata kata yang biasa saya terima dari teman-teman saya yang kebetulan pengusaha, ketika mereka tau saya mempunyai posisi yang bagus di perusahaan tempat saya bekerja saat saya masih di negeri NKRI dulu.
Maksud mereka adalah mengajak saya untuk mendapatkan penghasilan di luar gaji dari memanfaatkan jabatan yang saya miliki.
Hal ini menjadi bagian dari pola fikir orang-orang yang memiliki jabatan atau wewenang untuk bisa menambah pendapatan mereka selain dari gaji.
Suatu hari saat saya sudah bekerja di Saudi, pola pikir demikian saya coba bawa, yaitu ide- ide mencari penghasilan di luar gaji.
Saya ajak bos saya orang Saudi yang mempunyai kedudukan tinggi untuk berkolaborasi, namun sayangnya itu tidak bisa berlaku pada orang-orang saudi.
Bos saya menolak secara mentah mentah ide saya dan mengatakan bahwa itu tidak akan menjadi barokah. Sayapun tidak meneruskan niat saya.
Suatu hari ada pengusaha Indonesia yang datang ke Arab Saudi, setelah memahami maksud tujuan kedatangannya, saya pun bersedia membantu untuk ikut melobi client dia di Riyadh.
Nah, hanya saja saya agak bingung ketika teman pengusaha ini meminta saya untuk mengundang clientnya itu yang kebetulan pejabat di Arab Saudi untuk makan malam.
Karena saya tau pasti akan ditolak oleh pejabat Saudi tersebut, walaupun kita tawarkan untuk makan di restoran yang paling mewah dan mahal dia akan tetap menolak, karena dia pun bisa bayar sendiri.
Di kantor saya tidak ada satu pun staf atau karyawan yang berusaha memaksimalkan posisi dia untuk mendapatkan uang diluar gajinya. Hal itu bisa karena dua hal:
1. Itu bukanlah kebiasaan yang ada di masyarakat Saudi
2. Mereka memiliki pendapat apabila hal itu tidak membawa keberkahan apabila mereka mencoba bermain proyek yang memanfaatkan posisi ataupun jabatan dia di perusahaan.
Jadi tidak ada ceritanya orang Saudi yang punya kedudukan penting bermain main dengan vendor, bermain main dengan suplier ataupun yang sejenisnya.
Nah bagi saya yang pernah bekerja di negara NKRI yang dulunya suka "main proyek", akhirnya di Saudi ini saya mencukupkan dari apa yang saya dapat saja, walaupun secara posisi saya memungkinkan untuk "main proyek".
Apakah orang Saudi mengharamkan penghasilan di luar gaji...? Tentu tidak, banyak teman saya orang Saudi yang mempunyai penghasilan diluar gajinya.
Tapi mereka tidak mencari pengahasilan itu di tempat mereka bekerja.
Ada teman saya yang selain bekerja di kantor, tapi mereka punya toko supermarket kecil, restoran ataupun toko-toko usaha lainnya.
Ada teman Saudi yang lain yang memiliki usaha rental mobil. Ada teman saya lain yang mengajar di luar waktu bekerja, dan banyak usaha-usaha lain yang mereka lakukan sebagai penghasilan diluar gaji yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatan mereka di kantor tempatnya bekerja.
Sementara di negara NKRI pengusaha dan vendor berlomba-lomba mendekati "orang dalam" (ordal) yang mempunyai jabatan untuk berkolusi dalam menjalankan usahanya.
Tragedi pertamax oplosan seperti yang terjadi di PERTAMINA itu bukanlah hal yang baru di negara NKRI atau kita sering sebut "rahasia umum".
Hampir disemua instansi negara dan juga swasta terjadi sehingga banyak orang yang mendapatkan sampingan lebih besar daripada gaji.
Alhamdulilah di Arab Saudi ini bisnis masih tidak terkotori dengan pola-pola yang terjadi di negara NKRI, seperti proyek-proyek semua berdasarkan bidding atau tender yang murni tanpa orang dalam membantu untuk memenangkan salah satu jagoannya agar bisa mendapatkan komisi.
Tidak ada orang Saudi yang bekerja sebagai project manager bermain proyek dengan vendor atau kontraktor, tidak ada orang Saudi yang bekerja sebagai Purcashing Manager yang bermain harga dengan suplier, tidak ada orang Saudi yang bekerja sebagai HR manager yang bermain mata dengan perusahaan outsourcing.
Ketiga posisi itu, adalah posisi-posisi yang basah yang saya ketahui yang bisa mendapatkan pengahasilan di luar gaji dengan cara "bermain" di negara awan.
Untuk itulah, menuju Saudi 2030, saat ini Saudi sedang melakukan pembangunan besar-besaran di segala lini usaha. Banyak peluang project untuk perusahaan di Indonesia bisa involve di Arab Saudi. Apabila ada yang berminat, saya bisa berikan list project tersebut dan sambungkan komunikasi dengan grup pengusaha lokal di Arab Saudi.
Salam.
(Hartono Subirto)
*fb