3 KELOMPOK BESAR PASCA PILPRES 2024: PKS (Santri), Koalisi Prabowo-Gibran (Priyayi), dan PDIP (Abangan)

3 KELOMPOK BESAR PASCA PILPRES 2024

Oleh: Erizal

Kalau betul nantinya, PDIP dan PKS berada di luar pemerintahan, maka eksperimen Orde Baru menggabungkan partai-partai yang begitu banyak pada era Orde Lama menjadi tiga parpol, yakni PPP, Golkar, dan PDI, bisa jadi terulang lagi setelah 26 tahun era Reformasi.

Bedanya pada era Orde Baru itu penggabungan partai-partai dilakukan secara paksa lewat penerapan azas tunggal yang semaunya. Sedangkan era saat ini tergabung secara alamiah dengan caranya sendiri. Mereka terpisah dan tergabung secara natural tanpa paksaan.

PPP (kelompok Islam) era dulu itu akan menjelma menjadi PKS pada era saat ini. Ini mewakili faksi keagamaan yang kalau dulu meminjam istilah antropolog Amerika Serikat, Clifford Geertz, yang membagi tiga varian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, adalah golongan santri.

Golongan priyayi adalah Golkar dulu, yang kalau era saat ini, ya Koalisi Indonesia Maju pengusung Prabowo-Gibran inilah, plus NasDem dan PKB. Dan kebetulan unsur-unsur dari Golkar dulu itu juga tergabung dalam koalisi ini, yakni Partai Golkar itu sendiri plus Gerindra, NasDem dan Demokrat. Dulunya berpisah, pecah, kini akhirnya bisa bersatu lagi.

Kebetulan juga golongan priyayi ini memang golongan yang menjalankan administrasi pemerintahan. Mereka memang berada di istana. Beda dengan golongan santri yang berada di pesantren-pesantren, yang melihat golongan priyayi ini secara terpisah. Golongan santri beroposisi terhadap golongan priyayi itu biasa.

Sedangkan kaum abangan yang dulu diwakili oleh PDI saat ini diwakili lagi oleh PDIP. Ini memang kelanjutan sejarah yang sadar atau tidak, kerap dibaca secara bersamaan dan tak terpisah. Mereka mewakili golongan masyarakat seperti pedagang, petani, nelayan, buruh, dan sejenisnya, yang bisa disebut juga sebagai kaum marhaen.

Mereka memang terpisah dengan golongan santri dan priyayi. Kaum abangan adalah mereka yang terpaut secara kuat dengan budaya lokal dan hidup hari-hari sebagai orang biasa kebanyakan. Ini betul-betul karakter pemilih PDIP saat ini. 

Tentu tak akan persis sama, setelah puluhan tahun berlalu. Tapi bukan mustahil, itulah inti dari masyarakat Indonesia sejak dulu. Ujungnya balik ke situ lagi. Tiga kelompok besar masyarakat Indonesia.

(*)
Baca juga :