INGIN TAHU DAMPAK BURUK HILIRISASI KEBANGGAAN JOKOWI-PRABOWO-GIBRAN? INI HASIL PENELITIANNYA....

[PORTAL-ISLAM.ID] Untuk pertama kalinya sejak rezim Jokowi + Prabowo-Gibran menggencarkan hilirisasi nikel, dilakukan penelitian kandungan logam berat pada rakyat Halmahera (Teluk Weda).

Penelitian ini kolaborasi Universitas Tadulako dan Nexus3. Mau tahu hasilnya?

Dari total 46 responden, 47% sampel (22 orang) memiliki kadar MERKURI melebihi batas aman.

Merkuri adalah logam berat yang bisa merusak saraf manusia, sistem percernaan, dan gangguan organ.

32% sampel (15 orang) darahnya mengandung ARSENIK melebihi batas aman.

Akumulasi arsenik meningkatkan risiko kanker, diabetes, penyakit jantung, gangguan hormon, dan kecerdasan anak.

Jenis logam berat lain yang ditemukan pada sampel darah warga di Teluk Weda (Halmahera Tengah), Provinsi Maluku Utara adalah nikel, kadmium, timbal, dan talium, kendati rata-rata nilainya masih di bawah batas aman.

Selain pada manusia, konsentrasi arsenik juga ditemukan pada ikan dari Teluk Weda. 

Jumlah arsenik di ikan meningkat 20 kali lipat dibanding data tahun 2007, saat LIPI melakukan penelitian untuk analisis dampak lingkungan nikel.

Akumulasi merkuri atau arsenik pada ikan ini melebihi batas aman konsumsi mingguan manusia. 

Sebagai masyarakat pesisir, warga di Teluk Weda rata-rata mengonsumsi hasil laut antara 2-3 kali sehari.

Ada yang menarik: Kandungan logam berat penduduk lokal lebih tinggi dari pekerja di IWIP (Indonesia Weda Bay Industrial Park).

Salah satu hipotesisnya karena mereka mengonsumsi ikan yang disuplai dari lokasi lain dan menu makannya lebih variatif dibanding warga pesisir.

Peleburan nikel membutuhkan energi batubara. PLTU batubara adalah sumber emisi merkuri antropogenik terbesar kedua di dunia setelah penambangan emas skala kecil.
Jadi batubara tak hanya jadi sumber energi utama listrik untuk nge-charge baterai kendaraan.

Untuk memperluas bandara IWIP seluas 725.000 m2, dilakukan reklamasi yang bahan urukannya dari limbah slag peleburan nikel, abu batubara, dan limbah berbahaya lainnya.

Ini berkontribusi pada pencemaran perairan di sekitarnya.

Penelitian juga dilakukan pada air dan endapan (sedimentasi).

Kualitas sungai Ake Jira telah turun dari Kelas 1 (layak minum) pada 2007, kini menjadi sungai Kelas 3 (hanya layak untuk pertanian dan perikanan).

Ini jadi beban sosial, ekonomi, dan lingkungan baru bagi warga.

Sementara logam berat kromium dan nikel juga ditemukan pada sampel sedimentasi yang diambil dari sungai Ake Jira dan Ake Sagea dengan kadar “Tercemar Berat”.

November 2022, Jokowi membanggakan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang meroket 27% (dibanding rata-rata nasional 5%).

Prabowo dan Gibran juga bertekad melanjutkan hilirisasi nikel.

Tapi siapa yang diuntungkan dan siapa yang membayar dampaknya?

Eksploitasi besar-besaran nikel di Sulawesi hingga Maluku (bahkan sampai Raja Ampat di Papua), akan dibayar mahal oleh masyarakat setempat dan pembayar pajak secara umum, karena beban kesehatan di masa depan.

Ini adalah subsidi tidak langsung kita pada para investor nikel.

Dengan ongkos lingkungan dan kesehatan sebesar ini, China yang merupakan investor nikel terbesar (80-90%) atau negara mana pun, akan berpikir seribu kali melakukan pengolahan di negaranya sendiri.

Terutama di tahap-tahap awal rangkaian hilirisasi, seperti peleburan (smelting).

Hasil penelitian yang dirilis 26 Mei 2025 kemarin dapat diakses di sini:
 
Lebih detil tentang dampak hilirisasi nikel di 6 lokasi di NKRI, dapat diikuti di serial Ekspedisi Indonesia Baru, episode Sulawesi dan Halmahera (segera).

Ini salah satu indikasi negara lain juga berhitung dengan dampak smelter (mending ekspor bahan mentah saja).

Sementara Indonesia menyukai "dirty job" dengan mengorbankan lingkungan dan kesehatan warganya, dibungkus jargon "hilirisasi" dan "nilai tambah".

(Dandhy Laksono)

👇👇
[VIDEO]
Baca juga :