SEBULAN upaya Israel melumpuhkan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, belum membuahkan hasil.
Menurut Ibnu Burdah, guru besar kajian Timur Tengah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, perang Hamas-Israel kali ini akan berlangsung lama. “Militer Israel tak akan berhenti sampai dapat melumpuhkan Hamas,” katanya pada Kamis, 2 November lalu. “Secara psikologis, ini mungkin merupakan luapan kemarahan akibat kegagalan memprediksi adanya serangan Hamas itu.”
Pada Sabtu, 7 Oktober lalu, milisi Hamas menyerang dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Menurut Israel, Hamas telah membunuh sekitar 1.400 orang dan menyandera 240 orang lebih. Militer Israel membalas dengan serangan tanpa henti ke Jalur Gaza dari laut, darat, dan udara.
Perang ini sudah berlangsung sebulan tanpa ada tanda-tanda akan berakhir. Ribuan orang telah menjadi korban di kedua belah pihak. Dewan Keamanan PBB telah gagal menghasilkan resolusi mengenai nasib Gaza setelah beberapa kali diveto Amerika. Sementara itu, resolusi Majelis Umum PBB, yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, ditolak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Akhir perang ini masih menjadi tanda tanya.
“Kapan perang ini akan berakhir bergantung pada daya tahan kedua pihak. Hamas mungkin dapat bertahan. Israel kini menghadapi komplikasi antara kepentingan militer dan ekonomi,” ujar Ibnu.
Bank of Israel, bank sentral negeri itu, memperkirakan total biaya perang kali ini mencapai US$ 600 juta atau Rp 9,5 triliun lebih per minggu. Makin lama perang berlangsung akan makin mahal biayanya dan menggerus cadangan dana negara Israel.
(Sumber: Majalah TEMPO, 12 November 2023)