Pernikahan Terburuk

Pernikahan Terburuk

Pernikahan terburuk adalah seorang lelaki memilih semata jasad dan rupa, dan wanitanya memilihnya karena semata harta. Bahagia sesaat namun keberkahan sulit didapat.

Sungguh, tak ada yang salah dengan jelitanya rupa dan menggunungnya harta. Namun meninggalkan faktor agama/ilmu agama dan akhlak adalah awal penderitaan. Sebab agama, akhlak dan amal shaleh adalah bekal mengarungi dunia dengan berbagai ujiannya dalam perjalanan menuju perjumpaan dengan Allah

Di antara rumah tangga yang dicintai Allah jalla jalaluh adalah rumah yang terpondasikan di atas ilmu syar'i. Para penghuninya saling memberikan nasehat dan wejangan agar konsisten dan sabar menjalani lika-liku kehidupan. Di rumah tsb, tersembur wangi-wangi keberkahan dan kebaikan. Ibadah-ibadah terlaksana dengan baik.

Rumah yang hampa ilmu syar'i akan menjadi sarang keburukan secara perlahan sebab kebodohan adalah wasilah empuk bagi syaitan utk menghancurkan sebuah rumah tangga.

Terlebih jika para penghuninya terjebak dalam kesyirikan -berjimat, menjadikan jin sbg penjaga rumah, dan lainnya- maka bertambah runyamlah permasalahan yang ada. Penyakit, kecewa, tangisan, ratapan, amarah, ketidakharmonisan, malas beribadah, perceraian, dan lainnya akan siap menjamur. Dan pada akhirnya syaitan akan menghembuskan keputusasaan ttg kehidupan dan rahmat Allah.

Bagi yang belum menikah, walaupun tak tahu kapan dan dimana hati akan berlabuh dalam bingkai pernikahan, tak ada jalan dan jalur lain kecuali mempersiapkan pernikahan dengan cara meneguk ilmu syar'i sebisa mungkin dan memaksa jiwa utk duduk di majelis ilmu sehingga ilmu akan menjadi bekal utama dalam menguatkan iman dan ketakwaannya di kemudian hari.

Ilmu dan kedekatan kepada Allah adalah benteng dahsyat dalam menghalau serangan syaitan baik serangan tsb berupa bisikan utk bermaksiat, menjauhi agama Allah, menghancurkan rumah tangga sendiri maupun serangan berupa sihir.

Pula, ilmu syar'i dan kualitas ibadah yang terpondasikan di atas ilmu akan menyinari, menguatkan dan menjernihkan hati masing-masing pasangan sehingga ikatan cinta keduanya semakin erat dan terpadu di bawah cinta keduanya kepada Allah.

Di suatu pagi, tahun lalu, kami membuka tafsir salah seorang ulama kontemporer tentang penjelasan ayat 238-240 dari surat al-Baqarah.

ﺣَﺎﻓِﻈُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻮُﺳْﻄَﻰٰ ﻭَﻗُﻮﻣُﻮﺍ ﻟِﻠﻪِ ﻗَﺎﻧِﺘِﻴﻦَ

“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu´.” (238)

ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﻓَﺮِﺟَﺎﻟًﺎ ﺃَﻭْ ﺭُﻛْﺒَﺎﻧًﺎ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﻣِﻨْﺘُﻢْ ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﻤَﺎ ﻋَﻠّﻤَﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (239)

وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًاۖ وَّصِيَّةً لِّاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ ۚ فَاِنْ خَرَجْنَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْ مَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَّعْرُوْفٍۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma´ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (240)

Ayat 238 dan 239 berbicara tentang kewajiban penjagaan shalat sementara ayat 240 berbicara tentang rumah tangga yaitu salah satu kewajiban seseorang yang akan meninggal untuk menulis wasiat kepada istri-istrinya.

Sebuah ayat tentang shalat kemudian diikuti dengan ayat yang berbicara tentang rumah tangga. Ini menunjukan dan memberi isyarat agung bahwa di antara faktor terbesar dalam menjaga keutuhan rumah tangga adalah dengan menjaga pelaksanaan ibadah terutama shalat baik wajib maupun sunnah.

Hati masing-masing pasangan berada di antara jemari Allah dan Allah lah yang membolak-balikkannya.

Semakin berilmu syar'i dan dekat masing-masing pasangan kepada Allah dalam bingkai taqarrub, semakin utuh dan kokoh pula mahligai cinta mereka. Semakin menjauh masing-masing pasangan dari ilmu dan pengamalan syariat Allah, semakin mudah bagi syaitan memporak-porandakan tali cinta dan kasih yang telah lama atau baru saja ditenun.

Maka....

Sekiranya telah terlanjur dan sempat sesat arah saat menapaki tangga di awal pernikahan karena ketiadaan pemahaman, maka tak ada kata terlambat untuk berbenah. Masing-masing membenahi hubungan dengan Allah, pemahaman terhadap ilmu syar'i, dan berbenah terkait dengan amal shaleh.

(Oleh: Ustadz Yani Fahriansyah)
Baca juga :