Kisah Heroik Perjuangan KH Zainal Musthafa yang Ingin Indonesia Merdeka Berdasarkan Islam

Ustadz Anshari Taslim:

Hari Jum'at ini jadi khathib pengganti di masjid dekat rumah, karena tak ada ide judul maka kembali menyampaikan kisah heroik perjuangan KH Zainal Musthafa yang ingin Indonesia merdeka berdasarkan Islam.

KH. Zainal Musthafa merupakan sosok yang sangat layak untuk diteladani bagi generasi muda saat ini, sosok yang sangat pemberani dalam melakukan perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman dan penjajahan karena tidak semua orang diberikan keberanian untuk melakukan semua itu.

Beliau bersikap oposan pada setiap kekuasaan represif dan tirani dari penguasa imperialis dan berani menentang setiap kondisi yang dianggap mungkar.

Jika masa penjajahan Belanda yang menendang bola salju perlawanan nasional adalah Pangeran Diponegoro. Maka masa penjajahan Jepang yang menendang bola salju perlawanannya adalah KH. Zainal Musthafa. Bahkan sebagian kalangan mengatakan, perlawanan Sukamanah tidak hanya mengguncang Tokyo, tetapi juga mengguncang Jerman dan Amerika.

KH. Zainal Musthafa bergabung dengan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1933. KH. Zainal Musthafa tercatat sebagai Wakil Rois Syuriyah NU Cabang Tasikmalaya. Namun sebelum melakukan perlawanan, KH. Zainal Musthafa mengundurkan diri dari NU. Ini menunjukkan bahwa perjuangan KH. Zainal Musthafa bukan untuk kepentingan organisasi atau kelompok, tetapi perjuangan beliau untuk kepentingan umat dan bangsa dengan cara-cara syariah Islam dalam meninggikan Kalimatullah di muka bumi.

Pertempuran Sukamanah melibatkan berbagai pihak di antaranya para kyai, santri Sukamanah, masyarakat Sukamanah, dan pasukan-pasukan Muslim (Lazkar Hizbullah dan Sabilillah) yang ikut bergabung dibawah koordinasi Asy-Syahid KH Zainal Musthafa.

Fakta bahwa pembumihangusan pesantren Sukamanah itu terjadi pada hari Jum'at 25 Pebruari 1944.

Saat itu ketika sang kiyai sedang khutbah Jum'at, tiba-tiba datanglah 4 opsir Jepang tanpa sopan santun memerintahkan kiyai menghadap perwakilan Jepang di Tasikmalaya untuk mempertanggung jawabkan kegiatan anti fasis yang digalangnya dan propagandanya yang anti sekerei karena menganggapnya syirik.

Hal ini tentu saja memancing emosi para santri yang memang sudah tertanam kebencian sangat pada pasukan Jepang yang kejam pada petani.

Tak ayal keempat opsir itu diserang karena telah melanggar kesucian shalat Jum'at, 3 mati dan satu berhasil kabur.

Sorenya mereka datang dengan puluhan truk bersenjata lengkap dan sebagian isinya adalah tentara pribumi binaan Jepang yang waktu itu diinfokan harus menyerang pasukan Amerika yang sedang bersembunyi di pesantren, karena kalau disuruh menyerang pesantren khawatir tentara pribumi ini tidak mau.

Karena sejak awal memang sudah tak seimbang maka hanya satu jam pesantren berhasil dibumihanguskan, 85 santri syahid, 21 kiyai ditangkap dan disiksa termasuk KH Zainal Musthafa, yang kemudian diekseskusi mati 25 Oktober 1944 dan dikuburkan di Ancol.

Eksekusi Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa bukan dipenggal, tetapi dengan cara beliau duduk di atas papan yang sudah disimpan dibawahnya paku-paku dan dikubur hidup-hidup. Hal tersebut terkonfirmasi saat pihak keluarga menyaksikan penggalian jasad beliau beserta 17 santrinya yang telah dieksekusi dari ancol yang dipindahkan ke Sukamanah ternyata jasad beliau dan 17 santrinya masih utuh. Jasad Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa masih utuh lengkap dengan sorban warna kuning emas, tasbih, dan jubahnya serta kepala beliau tidak putus meskipun kurang lebih 29 tahun sudah dikubur. Sorban warna kuning emas, dan 2 pedang bambu masih tersimpan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung.

Setiap memasuki tanggal 25 Februari, masyarakat Jawa Barat pada umumnya, dan Tasikmalaya khususnya pastinya tidak akan melupakan peristiwa sejarah yang terjadi pada tanggal tersebut. Setiap tanggal 25 Februari setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari perjuangan Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa dan Perlawanan Sukamanah. (*)
Baca juga :