MANUVER POLITIK ERWIN AKSA MENGGOYANG ANIES

Oleh: Tengku Zulkifli Usman

Dalam podcast di chanel Akbar Faizal, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Erwin Aksa menyinggung soal utang Anies Baswedan kepada Sandiaga Uno sebesar kira kira 50M semasa pilkada DKI 2017.

Sebenarnya, isu seperti ini bukan bertujuan untuk menjatuhkan Anies secara moral. Tapi dalam politik, isu ini bisa dibaca dengan perspektif lain.

Salah satu perspektif yang mungkin adalah, ini adalah upaya Golkar untuk menarik NasDem ke koalisi KIB yang dikomandoi Golkar saat ini.

Soal utang Anies ke Sandiaga Uno ini bukan hal penting. Bukan isu krusial. 50M bagi Sandiaga Uno uang kecil, jumlah itu adalah uang jajan sehari hari Sandi. Apalagi pilkada DKI Jakarta juga sudah lama selesai dan bahkan masa jabatan Anies juga sudah selesai.

Isu utang Anies ini lebih kepada upaya Golkar yang merupakan partainya pak Erwin Aksa untuk membuat NasDem goyang dan berupaya membuat Surya Paloh berpikir ulang untuk mendukung Anies.

Karena kalau saja upaya ini berhasil, dan Surya Paloh akhirnya meninggalkan koalisi Anies. Maka semua capaian lawan Anies sudah berhasil.

Surya Paloh keluar dari koalisi Anies artinya Anies akan gagal nyapres. Karena Demokrat dan PKS sama sekali tidak mampu melanjutkan koalisi ini tanpa NasDem dan Surya Paloh.

Itulah sebabnya, PKS dan Demokrat selama ini sudah menurunkan semua ego mereka agar Surya Paloh tetap berada pada barisan mereka.

Termasuk kunjungan PKS ke kantor NasDem yang berupaya terus meyakinkan NasDem dan Surya Paloh agar solid di koalisi. Walaupun upaya PKS ini terlihat bertepuk sebelah tangan. PKS disambut Surya Paloh saja gak di kantornya.

Dalam beberapa tulisan saya yang lalu, saya menulis bahwa posisi tawar PKS dan Demokrat yang terlalu rendah, membuat PKS dan Demokrat seperti tidak dianggap ada oleh NasDem.

NasDem terus saja dengan agendanya, dan Surya Paloh terus saja bergerilya mencari teman lain selain PKS dan Demokrat untuk menentukan nasib NasDem.

Sekali lagi, manuver manuver Surya Paloh selama ini bukan untuk Koalisi PKS dan Demokrat. Bukan juga untuk kepentingan Anies. Tapi semuanya demi kepentingan NasDem dalam pilpres.

Surya Paloh bukan tipikal politisi yang mau diatur atur. Apalagi oleh Demokrat dan PKS yang posisinya lemah. Hal ini sudah terbukti saat Surya Paloh tidak mau mendengar aspirasi PKS dan Demokrat soal siapa cawapres Anies.

Soal cawapres Anies walaupun koalisi ini nantinya tetap lanjut. Semua ada ditangan Surya Paloh. Demokrat dan PKS wajib ikut atau dikeluarkan dari koalisi NasDem.

Surya Paloh tipikal politisi yang remot kontrol. Dia sendiri gak mau di dikte atau di kontrol PKS atau Demokrat. PKS dan Demokrat harus sadar realita ini.

Jika saja Surya Paloh sosok yang mudah diatur, tentu Surya Paloh tidak memilih membuat partai NasDem dan keluar dari partai Golkar. Diatur Golkar saja dia gak mau apalagi diatur PKS dan Demokrat.

Soal deklarasi koalisi Anies ini tidak akan mudah terjadi dalam waktu dekat. Selama Surya Paloh belum kasih lampu hijau, maka deklarasi ini akan terus mandeg.

Dan NasDem kemungkinan tidak akan melakukan deklarasi Anies bersama PKS dan Demokrat sebelum Surya Paloh selesai melakukan kalkulasi dan safari politik nya.

Karena menurut NasDem, Anies sudah resmi jadi capres Nasdem. Jadi tanpa PKS dan Demokrat pun, deklarasi Anies dianggap sudah selesai. NasdDm menempatkan PKS dan Demokrat sebagai pengikut bukan partner yang setara.

Soal jumlah kursi yang belum cukup apabila tidak koalisi dengan PKS dan Demokrat, NasDem bisa mencari kursi itu di tempat lain selain PKS dan Demokrat. Karena itulah Nasdem rajin silaturahim politik selama ini.

Seperti pernah saya singgung sebelumnya, bagi Nasdem, nasib partai Nasdem adalah utama bagi Surya Paloh. Soal Anies, PKS dan Demokrat. Itu soal belakangan bagi Nasdem.

Jika saja pencapresan Anies ini pada akhirnya menurut kalkulasi Nasdem tidak banyak menguntungkan partai Nasdem. Maka akan mudah bagi Nasdem meninggalkan Anies, PKS dan Demokrat.

Nasdem masih punya banyak pilihan selain di koalisi perubahan. Masih ada koalisi KIB yang siap nampung, karena balik Koalisi KIB bagi Nasdem sama seperti pulang kampung berkumpul bersama Golkar. Dan juga masih ada PDIP yang juga siap kembali bekerja sama dengan Nasdem.

Posisi yang sulit justru ada di PKS dan Demokrat yang selama ini beroposisi. Selain akan gagal mencapreskan Anies tanpa Nasdem dan Surya Paloh.

PDIP sudah menutup pintu rapat-rapat. Gerindra juga kemungkinan berat menerima PKS terutama karena elit mereka selama ini selalu panas dan terutama Prabowo yang sering diserang oleh elit PKS dan dihujat kader PKS di media sosial.

Posisi Nasdem cenderung lebih dinamis dan agak lebih Santai. Dia masih bebas kesana kemari tanpa beban. Ke KIB tanpa beban, ke PDIP juga tanpa beban.

Sedangkan Pintu PKS dan Demokrat sudah hampir bisa dipastikan tidak ada yang mau mengetuk. Kecuali PKS dan Demokrat mau sedikit menahan malu dan pergi mengetuk pintu PDIP, Gerindra atau pintu partai lain.

Walaupun pintunya nanti ada yang buka, tapi jika tuan rumah yang menyambut mereka nanti berwajah masam dan tidak ramah. Sebenarnya itu adalah sinyal kepada tamu agar bagusnya pulang saja!

(fb)
Baca juga :