🔴Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berakhir tanpa pengumuman bakal calon presiden.
🔴Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyebutkan pemimpin yang ia cari bukanlah sosok yang mengandalkan elektoral semata.
🔴Aroma kemenangan Puan Maharani atas Ganjar Pranowo menyembul di lingkup internal partai.
JAKARTA – Seperti diduga, belum ada pengumuman nama bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Rapat Kerja Nasional II PDIP dalam tiga hari terakhir, yang digelar di tengah manuver partai-partai pesaingnya untuk membangun koalisi, hanya merumuskan visi partai menyongsong Pemilihan Umum 2024.
Kemarin, ketika menutup rakernas, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, meminta kadernya bersabar. “Kapan mau mendeklarasikan calon presiden dan calon wakil presiden? Ya, sabarlah sedikit. Orang waktunya masih dua tahun,” kata Megawati di kantor Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 23 Juni 2022. “Makanya, sudahlah. Tunggulah, enggak mungkin dong dari mulut saya enggak akan keluar siapa yang mau saya jadikan, gitu lho.”
Sebelum Megawati berpidato, Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP, Ganjar Pranowo, didapuk membacakan hasil rakernas. Salah satu poinnya adalah penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung PDIP dalam Pemilu 2024.
“Berdasarkan keputusan Kongres V partai, AD/ART partai, dan tradisi demokrasi partai adalah hak prerogatif ketua umum partai,” kata Ganjar disambut riuh tepuk tangan peserta rakernas.
Rakernas PDIP digelar di tengah menghangatnya suhu politik menuju pemilu.
KPU telah memulai tahapan pemilu. Pemilihan presiden akan dilaksanakan serentak dengan pemilihan anggota DPD, DPR, serta DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada 14 Februari 2024.
Kendati pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden baru dibuka pada Oktober tahun depan, partai politik mulai menyusun strategi untuk berkoalisi mengusung kandidatnya.
Hasil Pemilu 2019 menjadikan PDIP sebagai satu-satunya partai yang bisa mendaftarkan pasangan calon tanpa bergabung dengan partai lain. Jumlah anggota PDIP di parlemen sebanyak 128 orang atau 22,26 persen dari total kursi DPR, lebih dari ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) yang hanya 20 persen.
Walau belum mengambil keputusan, Megawati dalam pidatonya kemarin membeberkan sejumlah kriteria sosok pemimpin yang ia dambakan.
Berkaca dari pengalaman politiknya sejak 1986, kata Megawati, menjadi presiden itu mudah. Yang susah adalah mencari sosok pemimpin. Menurut dia, pemimpin harus dapat melihat tantangan di masa depan, terutama dalam menghadapi ancaman ketidakpastian global, potensi resesi dunia, dan krisis pangan.
“Maka, pemimpin yang saya cari bukanlah yang hanya mengandalkan elektoral semata,” kata Megawati. “Pemimpin yang didambakan rakyat adalah sosok yang kuat secara ideologis, sosok yang mumpuni, memiliki kemampuan memimpin tata kelola pemerintahan untuk sebuah negara Indonesia.”
Aroma Kemenangan Puan Maharani
Dalam satu jam pidatonya, Megawati banyak menggambarkan sosok pemimpin ideal. Megawati menyebutkan Sukarno, ayahnya yang juga presiden pertama RI, mampu memberikan arah masa depan dan mengakar di masyarakat.
Namun kriteria pertama yang dibacakan Megawati dengan nada datar adalah dia tak mencari pemimpin yang hanya mengandalkan elektoral. Hingga saat ini, hanya dua kader PDIP yang banyak dibicarakan berpeluang maju ke pemilihan presiden 2024: Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, Ketua DPR RI.
Penyelenggaraan rakernas kali ini juga diwarnai kabar memanasnya hubungan Ganjar dan Teuku Umar—kediaman Megawati.
Sebulan terakhir, sejumlah politikus PDIP mengkritik Ganjar yang dianggap bermanuver di luar garis partai.
Hasil survei elektabilitas yang digelar sejumlah lembaga riset politik memang terus menempatkan nama Ganjar di tiga besar sosok dengan tingkat popularitas dan tingkat keterpilihan tertinggi bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Adapun elektabilitas Puan masih jauh di bawahnya.
Menyimak pidato Megawati, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, melihat adanya sinyal untuk mengusung Puan ketimbang Ganjar.
“Bagaimanapun, Puan adalah anak kandung dan ideologis. Trah langsung Sukarno,” kata Ujang. “Karena itu, titik tekannya bukan pada yang memiliki elektabilitas, melainkan soal ideologi dan lain-lain.”
Jika perkiraan itu benar terjadi, Ujang mengatakan nasib Ganjar bakal bergantung pada sikap PDIP tentang sosok yang akan menjadi tandem Puan. Dia menilai peluang Ganjar (sebagai cawapres) mendampingi Puan terbuka.
“Tapi Ganjar bukan RI 1,” kata Ujang, kemarin.
Walau PDIP bisa melakukannya (capres dan cawapres dari PDIP semua) lantaran memenuhi syarat presidential threshold, Ujang menilai komposisi pasangan dari lingkup internal partai bakal menyudutkan PDIP. “Akan berdampak menjadi musuh bersama.”
Peneliti dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Wasisto Raharjo, juga melihat adanya peluang menempatkan Ganjar sebagai calon wakil presiden, berpasangan dengan Puan. Potensi itu ada lantaran PDIP belakangan tampak berupaya membuat marka sendiri. Kisi-kisi pidato Megawati, kata Wasisto, menggambarkan partai ini ingin membangun koalisi berdasarkan kesamaan ideologi.
Menurut Wasisto, mengawinkan Puan dan Ganjar bisa juga menguntungkan PDIP. “Berpotensi mengundang partai lain berkenan bergabung,” kata dia. “Karena partai-partai lain berharap limpahan suara dari PDIP.”
Kepada Tempo, seorang politikus PDIP membenarkan adanya gagasan untuk menduetkan Puan dan Ganjar. Namun, menurut dia, tak seorang pun dalam partainya mengetahui pasti arah keputusan Megawati kelak.
Seorang anggota pengurus DPP PDIP juga mengungkapkan Rakernas II kali ini merupakan kemenangan Puan Maharani. Penunjukan Ganjar sebagai pembaca rekomendasi hasil rakernas, kemarin, merupakan sinyal bahwa PDIP telah mengunci posisi Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Rekomendasi itu, satu di antaranya, menyebutkan pemilihan calon presiden dan wakil presiden merupakan hak prerogatif Ketua Umum PDIP. Dengan begitu, kata anggota pengurus teras PDIP tersebut, Ganjar akan sulit bermanuver sampai Megawati memutuskan calon presiden yang akan diusung oleh partainya.
Kans Puan kini menguat, kendati hasil survei banyak lembaga menunjukkan elektabilitasnya jauh di bawah Ganjar. Dalam satu acara halalbihalal pada Mei lalu, kata petinggi PDIP itu, Megawati juga sempat berujar bahwa partainya tak perlu takut kalah karena berpengalaman menang, juga pernah kalah.
Lobi-lobi untuk mencari tandem Puan, menurut sumber Tempo, sebenarnya juga telah dimulai. Dua nama ada dalam daftar teratas yang dibidik: Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Saat dimintai konfirmasi mengenai informasi tersebut, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDIP, Bambang Wuryanto, irit bicara. Yang jelas, menurut Pacul—panggilan Bambang, "Mbak Puan terbuka berkomunikasi dengan siapa pun."
Sedangkan Wakil Sekjen DPP PDIP, Arif Wibowo, menyatakan keputusan pasangan calon presiden dan wakil presiden sepenuhnya berada di tangan Megawati. Begitu pula rencana kerja sama dengan partai lain dalam pemilihan umum.
Rabu, 22 Juni 2022, Puan Maharani ikut dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke calon lokasi Ibu Kota Negara Nusantara, di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Jokowi tak mengelak jika keputusannya mengajak Puan bakal dianggap sebagai upaya mendongkrak popularitas Ketua Bidang Pemerintahan, Pertahanan, dan Keamanan Dewan Pimpinan Pusat PDIP tersebut.
“Kalau dianggap untuk meningkatkan popularitas, ya bener juga,” kata Jokowi.
Adapun Puan juga tampak tak segan dengan berbagai celetukan yang mengarah ke pencalonan dirinya sebagai presiden di sepanjang kunjungan tersebut.
Ketika jurnalis menanyakan apakah ia harus menjadi calon presiden, bukan wakil presiden, Puan menyahut, “Harus dong. Kami partai terbesar, harus percaya diri.”
Partai Lain Melirik Ganjar Pranowo
Dua tahun terakhir, Ganjar Pranowo terus mengungguli kandidat lain di berbagai hasil survei politik. Namanya selalu berada di tiga besar tokoh dengan popularitas dan memiliki elektabilitas tertinggi.
Setelah sempat dihubungkan dengan gerakan Partai Golkar, PAN, dan PPP yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Ganjar juga masuk dalam tiga kandidat yang berpotensi diusung oleh Partai NasDem.
Seorang anggota pengurus DPP Partai NasDem mengatakan sikap PDIP terhadap nasib Ganjar kelak juga akan menentukan keputusan partainya. Nasib yang dia maksudkan adalah apakah Ganjar bakal diusung atau justru ditinggalkan oleh PDIP. “Baru kemudian kami memutuskan koalisi,” ujarnya.
Sekjen Partai NasDem, Johnny G. Plate, menepis kabar bakal bergantung pada keputusan PDIP atas Ganjar. Menurut dia, hingga kini koalisi NasDem belum dibentuk karena sosok yang dipersiapkan adalah untuk memimpin negara. “Tugas kami menghasilkan presiden 2024-2029 yang prosesnya tak ditandai dengan catatan merah,” kata Plate. NasDem berulang kali menyebutkan upaya mencegah polarisasi politik di tengah masyarakat pada pemilu mendatang.
Sementara itu, Ganjar Pranowo dalam sepekan terakhir terus menyatakan akan mengikuti perintah Megawati. Ketika disinggung soal minat NasDem, Ganjar mengatakan ia masih kader PDIP. “Itu sepenuhnya akan menjadi kewenangan ketua umum,” kata Ganjar.
(Selengkapnya Sumber: Koran TEMPO, Jumat 24 Juni 2022)