Militer AS mengakui dan meminta maaf telah membunuh 10 warga sipil dan menargetkan kendaraan yang salah dalam serangan udara Kabul

[PORTAL-ISLAM.ID] Investigasi militer Amerika Serikat terhadap serangan pesawat tak berawak Kabul yang mematikan pada sebuah kendaraan pada bulan Agustus telah menemukan bahwa serangan itu menewaskan 10 warga sipil dan pengemudi dan bahwa kendaraan yang ditargetkan kemungkinan bukan merupakan ancaman yang terkait dengan ISIS-K (ISIS-Khorasan), kata Jenderal Frank McKenzie, jenderal tertinggi Komando Pusat AS, di Pentagon pada hari Jumat (17/9/2021).

McKenzie mengatakan kepada wartawan bahwa serangan itu -yang katanya menewaskan tujuh anak- adalah "kesalahan" dan menyampaikan permintaan maaf.

"Serangan ini dilakukan dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa itu akan mencegah ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan kami dan para pengungsi di bandara, tetapi itu adalah kesalahan dan saya menyampaikan permintaan maaf saya yang tulus," katanya.

McKenzie menambahkan bahwa dia "bertanggung jawab penuh atas serangan ini dan hasil yang tragis ini."

Pengumuman Pentagon kemungkinan akan memicu lebih banyak kritik terhadap evakuasi kacau pemerintahan Biden di Kabul dan penanganan penarikan dari Afghanistan secara lebih luas. 

Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) pada Jumat (27/8/2021) menyerang balik ISIS-K, kelompok yang mengeklaim serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul Afghanistan.

Bom bunuh diri anggota ISIS-K pada Kamis (26/8/2021) itu menewaskan setidaknya 169 warga sipil dan 13 tentara AS.

Militer Amerika lalu menyerang balik ISIS-K dengan meluncurkan drone bersenjata dari luar Afghanistan, tak sampai 48 jam setelah bom Kabul Afghanistan meledak.

Dalam pernyataannya, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan, operasi itu menargetkan perencana serangan ISIS-K, kelompok yang juga dikenal sebagai cabang ISIS di Khorasan.

"Serangan udara tak berawak terjadi di Provinsi Nangarhar Afghanistan. Indikasi awal adalah kami membunuh target," kata Kapten Bill Urban dari Komando Pusat.

"Kami tahu tidak ada korban sipil," tambahnya dikutip dari New York Post.

Serangan balik AS terjadi setelah Presiden Joe Biden bersumpah untuk tidak memaafkan dan tak melupakan mereka yang bertanggung jawab atas ledakan bom Afghanistan terbaru.

Biden juga berkata, dia telah memerintahkan para jenderal AS untuk merencanakan serangan balasan terhadap aset-aset utama ISIS-K.

"Kami akan memburu kalian dan membuat kalian menanggung akibatnya," kata Biden di Gedung Putih Kamis malam pasca bom bunuh diri.

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan kepada The Associated Press, Biden sendiri yang mengizinkan serangan itu, kemudian diperintahkan oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin.

Drone diluncurkan dari luar Afghanistan dalam operasi kontraterorisme yang menembus cakrawala, kata Urban.

Dan ternyata, dari hasil investigasi, serangan drone bersenjata itu telah menewaskan 10 warga sipil.

[Video - Konpers Jenderal Frank McKenzie]
Baca juga :