Digusur Ahok, Nasib Warga Kampung Pulo Kini Menderita


[PORTAL-ISLAM.ID] Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, dirinya masih ingin membantu warga meski tak lagi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Salah satu caranya adalah dengan membuat aplikasi yang menghubungkan antara pemberi dan penerima bantuan. Aplikasi itu bernama Jangkau.

"Jadi aplikasi Jangkau ini ya semacam blibli.com atau Tokopedia gitu loh. Jadi yang mau bantu sama yang mau terima sumbangan ketemu," kata Ahok usai menerima Roosseno Award IX-2019 di Roosseno Plaza, Kemang, Jakarta Selatan, Senin, 22 Juli 2019, seperti dilansir Tempo.

Link: https://metro.tempo.co/read/1227334/masih-ingin-bantu-warga-ahok-bakal-luncurkan-aplikasi-jangkau/

Pernyataan Ahok "ingin membantu warga" ini sontak ditanggapi oleh aktivis urban Jakarta, Elisa Sutanudjaja (@elisa_JKT).

Pimpinan LSM Rujak Center for Urban Studies ini mengingatkan Ahok akan nasib warga Kampung Pulo yang dulu digusur Ahok dan ditempatkan di Rusunawa kondisinya memprihatinkan.

"Usul ini Pak Basuki. Sudah lewat hampir 4 tahun pasca digusur paksa, ternyata warga Kampung Pulo yang sekarang tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat masih tidak sejahtera dan bahkan tambah miskin. Sampai harus memilih bayar uang sekolah atau bayar sewa," kata Elisa di akun twitternya, Selasa (23/7/2019).

Dulu waktu menggusur warga Kampung Pulo, Ahok beralasan warga akan lebih baik hidup di rusun.

Nyatanya? Warga korban gusuran malah makin miskin. Kenapa? Karena dulu tinggal di Kampung Pulo tidak pakai bayar kontrak, sekarang harus bayar sewa rusun. Apa gak bikin tambah miskin?

Elisa melampirkan tautan berita Kompas tentang kondisi memprihatinkan warga korban gusuran Kampung Pulo yang sampai menunggak biaya sewa hingga Rp 20 juta!

[22/07/2019]
Penghuni Rusun Jatinegara Barat Menunggak Sewa hingga Rp 20 Juta 

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warga Rumah Susun (Rusun) Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur, menunggak biaya sewa. Ada yang tunggakannya mencapai puluhan juta rupiah.

Ketua RT 02 Rusun Jatinegara Barat, Warji mengatakan, penghuni rusun yang menunggak sewa umumnya warga yang direlokasi dari proyek pelebaran jalan di Kampung Pulo.

"Kami sekarang kan hidup di rusun. Ini warga kan kebanyakan relokasi dari Kampung Pulo. Biasanya pas di Kampung Pulo enggak ngontrak, sekarang ngontrak, harus bayar sewa. Jadi kami belum siap untuk membayar. Itu alasannya," kata Warji di Rusun Jatinegara Barat, Senin (22/7/2019).

Ia menambahkan, sebagian besar penghuni rusun berprofesi sebagai buruh harian lepas yang penghasilannya tidak menentu. Hal itu membuat sebagian besar warga tidak sanggup membayar sewa rusun per bulan, yaitu sebesar Rp 300 ribu. Biaya itu belum termasuk biaya listrik dan air. Jika ditotal, tiap kepala keluarga (KK) harus mengeluarkan dana sekitar Rp 700 ribu per bulan untuk biaya listrik, air, dan sewa.

"Warga terprogram (relokasi Kampung Pulo) itu biaya sewanya Rp 300 ribu. Kalau warga umum Rp 460 ribu. Saya sendiri juga nunggak 9 bulan. Karena uangnya untuk anak saya sekolah dulu. Saya dipanggil pengelola. Saya perlihatkan kuitansi bayar sekolahnya. Nunggak rusun kurang lebih Rp 3,8 juta," ujar Warji.

Di papan pengumuman di lantai satu rusun, pengelola memajang daftar penghuni yang menunggak biaya sewa. Lama menunggak bervariasi. Ada  yang menunggak 1 bulan, ada yang 3 bulan. Bahkan ada penghuni yang telah menunggal lebih dari 20 bulan dengan total tunggakan Rp 20 juta.

Link: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/22/19305131/penghuni-rusun-jatinegara-barat-menunggak-sewa-hingga-rp-20-juta
Baca juga :