Prabowo: Demi Negara, Hidup Mulia atau Mati Syahid (عِشْ كَرِيْماً اَوْ مُتْ شَهِيْدًا)


By Asyari Usman
(wartawan senior)

Sungguh di luar dugaan saya. Ternyata, sudah segitu jauh pemahaman Prabowo Subianto (PS) tentang Islam. Tentang hidup menurut tuntutan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Belum lama ini ada diskusi umum dengan PS. Yang kedua kalinya bagi saya. Ketika jumpa pertama tempohari, empat bulan lalu, obrolan dengan PS tidak panjang. Sekitar 15 menit saja. Jadwal beliau ketat, waktu itu. Dan saya beserta beberapa teman diberitahu mendadak.

Diskusi yang kedua ini dihadiri 50-an orang. Boleh disebut diskusi tak bertopik. Obrolan bebas tapi sifatnya “current affairs” (persoalan-persoalan saat ini). Terfokus pada upaya untuk menyelamatkan Indonesia dari kekacauan pengelolaan yang berlangsung sekarang ini.

Pak PS menyampaikan pengantar diskusi yang mengambil tempat di kediaman beliau di Jakarta. Saya tak heran lagi ketika Prabowo mengawali pengantar dengan sapaan sunnah, yaitu “assalam alaikum warahmatullahi wa barakatuh”. Kita semua sering mendengar ini dari beliau.

PS selalu bersemangat ketika sampai pada soal keadilan. Soal kemiskinan. Ketidakberdayaan rakyat kecil, dlsb. Beliau selalu berapi-api tentang kedaulatan bangsa dan negara yang sekarang menjadi leceh gara-gara kecerobohan para penguasa.

Pengantar Pak PS mengalir apa adanya. Kelihatan jelas beliau menguasai materi yang dia uraikan. Terstruktur dan terarah. Selalu dengan artikulasi dan akurasi yang tidak diragukan. Dia mengerti dan menguasai sepenuhnya persoalan mendasar yang membuat Indonesia menjadi terjajah secara ekonomi. Yang didikte oleh negara lain. Indonesia yang dikusai oleh orang asing. Dan didominasi oleh segelintir pemilik modal kelas konglomerat.

Tibalah beliau pada solusi untuk problem-problem yang fundamental. Berlanjut ke penjelasan tentang cara untuk menjabarkan solusi itu. Pak PS sangat ‘passionate’ (sepenuh hati) ketika menguraikan keinginan beliau untuk menyelamatkan Indonesia dari ‘mismanagement’. Indonesia yang babak belur akibat ‘malpraktik’ yang dilakukan oleh para pemegang kekuasaan.

Ketika sampai di sini, Prabowo mengatakan dia akan berjuang keras, sekuat tenaga. Beliau mulai mengeluarkan slogan-slogan yang lumrah dikutip oleh para pejuang yang siap mengorbankan apa saja. Termasuk mengorbankan nyawa sekali pun.

Pak PS berbicara semakin dalam. Beliau mengatakan, kalau harus mati untuk memperjuangkan kedaulatan Indonesia, keadilan dan kepentingan umat, tidak masalah. Itu kata Prabowo.

“Sebab, mati itu pasti. Kematian itu pasti. Mati untuk memperjuangkan kemaslahatatan umat, berarti mati syahid,” ujar PS.

Kemudian, tersebutlah oleh Pak Prabowo slogan yang sangat populer di kalangan para pejuang umat. Slogan inilah yang tak pernah saya sangka akan diucapkan oleh beliau.

“Isy Kariman au Mut Syahidan,” kata Pak PS sambil menjelaskan arti slogan ini. “Hidup Mulia atau Mati Syahid” (عِشْ كَرِيْماً اَوْ مُتْ شَهِيْدًا).

Sewaktu menjelaskan slogan ini, saya agak tersentak. Sebab, selama ini yang saya dengar beliau itu mengaku belum banyak tahu agama. Dia tidak pernah berpura-pura paham. Tidak bersedia ditawarkan menjadi imam sholat. Beliau tidak berusaha mencitrakan diri dari sisi keberagamaan.

Setelah mendengar langsung PS mengucapkan “Isy Kariman au Mut Syahidan”, gambaran saya tentang keislaman mantan Danjen Kopassus ini menjadi berubah. Saya yakin beliau belajar serius dari guru meskipun saya tak tahu siapa guru Pak PS.

Bagi saya, yang tak kalah penting tentang slogan “Hidup Mulia atau Mati Syahid” itu adalah pengucapan (pronunciation) Pak Prabowo. Dia menyebutkan huruf “syin” (dalam ‘isy’ dan ‘syahidan’) dengan fasih dan akurat. Makhrajnya di sini tepat.

Satu lagi. Dalam pengantar diskusi itu, tampak jelas bahwa Pak PS tidak menjurus-juruskan uraian yang disampaikannya agar slogan itu bisa dia ucapkan. Sama sekali tidak ada kesan itu. Tidak beliau cari-carikan momen untuk menyebutkan itu. Semua terkatakan secara natural dan keluar dari pemahaman.

Jadi, dengan segala kekurangan tentang keber-agama-an beliau, menurut hemat saya Pak Prabowo sudah siap dengan ramuan kebijakan yang tepat. Yaitu, blue print untuk memimpin Indonesia yang beragama dan beragam, kelak ketika beliau terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. InsyaAllah!

عِشْ كَرِيْماً اَوْ مُتْ شَهِيْدًا

Jum'at, 14-12-2018

Baca juga :