TERUNGKAP! DI BALIK PELARANGAN Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung di Babel


[PORTAL-ISLAM.ID] Dua aktivis Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung ditolak untuk mengisi diskusi Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) yang digelar di Pangkal Balam, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Sabtu (25/8/2018) lalu.

Penolakan datang dari kelompok massa gabungan resmien Yudha Putra PPM, GP Anshor, dan sejumlah organisasi kepemudaan di Babel. Tak hanya itu, Mapolda Babel juga ikut menolak untuk mengeluarkan izin diskusi yang sedianya digelar pada Sabtu (25/8/2018) lalu.

Kepada CNNIndonesia.com, Ratna Sarumpaet mengatakan GSI mengagendakan roadshow di seluruh provinsi di Indonesia. Babel menjadi tempat pertama bagi mereka menggelar diskusi dan bertemu dengan masyarakat setempat.

Ratna meilai penolakan diskusi menjadi cerminan bahwa pemerintahan Joko Widodo sudah berlebihan menghadapi masyarakat yang kritis.

"Ini aksi ketakutan berlebihan pemerintah ditengah keterbukaan berpendapat dan berdiskusi," kata Ratna, Senin (27/8).

Ratna menduga rekayasa penolakan diskusi sudah dilakukan sejak ia mendarat di Pangkalpinang. Ia sempat dikontak oleh pihak keamanan bandara bahwa kehadirannya mendapat penolakan dari masyarakat. Namun di sisi lain, ada sekelompok pelajar dan mahasiswa yang justru menyambut kehadirannya dengan ramah dan mendukung digelarnya diskusi di kota mereka.

Ratna pun tetap mengendarai mobil untuk menemui sekelompok masyarakat yang terdiri dari ibu-ibu dan nelayan. Dalam perjalanan itu Ratna kemudian sadar dan diberitahu oleh panitia jika ada rekayasa intelijen yang memobilisasi massa untuk menolak kehadirannya dan Rocky Gerung. Selain diikuti oleh sekitar 8 mobil intel polisi menuju lokasi pertemuan, Ratna juga melihat puluhan spanduk sudah tersebar di kota Pangkalpinang yang menolak kehadirannya.

Tak sampai di situ, setibanya di lokasi pertemuan dengan masyarakat setempat, ibu-ibu dan nelayan yang akan ditemuinya terlihat ketakutan. Sejumlah massa pun tiba-tiba hadir meneriaki namanya dan mengusir kehadirannya dari lokasi dialog.

"Jadi semua penolakan seperti sudah diatur. Saya diperlakukan seperti teroris, digiring polisi dan diteriaki," ungkap Ratna.

Ratna kemudian diberitahu bahwa aparat sudah mengancam agar panitia GSI tingkat kabupaten, kecamatan hingga kota tidak menggelar acara. Selain itu, tiga tempat makan yang rencananya akan digunakan sebagai tempat diskusi diminta untuk tutup.

Menurut Ratna, polisi dan masyarakat menolak kehadirannya karena kegiatan GSI dianggap gerakan makar untuk mengganti presiden. Alasan tersebut, imbuhnya, jelas tidak masuk nalar. Ratna menegaskan GSI murni berisi dialog untuk memastikan masyarakat menggunakan nalar sehatnya dalam mengawasi pemerintahan sesuai undang-undang.

Kendati demikian Ratna memastikan roadshow tetap harus berjalan. Rencananya GSI akan menggelar diskusi pada tanggal awal September di Palembang dan Bengkulu. Dia pun meminta aparat untuk tidak menjadi alat pemerintah dalam membungkam hak berpendapat warga negara.

"Rezim sudah panik, aparat harusnya tetap netral. Dukung ruang diskusi," kata Ratna.

Sementara itu, dalam akun twitter pribadinya, Rocky, yang pernah jadi dosen tidak tetap di Universitas Indonesia (UI) itu menyindir jika saat ini diskusi diziinkan jika berhadiah sepeda.



"Dilarang diskusi (kecuali berhadiah sepeda)," sindirnya. [CNNIndonesia]


Baca juga :