[PORTAL-ISLAM.ID] Potret ini adalah Leila Khaled, perempuan pertama asal Palestina yang membajak dua pesawat sebagai protes terhadap penjajahan Israel terhadap negerinya. Dia merupakan anggota Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP).
PFLP adalah Partai Palestina berhaluan komunis, didirikan oleh seorang Arab Palestina beragama Kristen, Dr. George Habash pada 1967. Partai ini pun menjadi faksi terbesar kedua dalam Palestine Liberation Organization atau Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang terbesar adalah Fatah (didirikan pada tahun 1959).
Leila Khaled lahir pada tanggal 9 April 1944 di Haifa, Palestina, dari orang tua Arab. Keluarganya melarikan diri ke Lebanon pada tanggal 13 April 1948 sebagai bagian dari pengusiran dan pelarian Palestina tahun 1948 (yang dikenal dengan peristiwa Nakba).
Pada usia 15 tahun, ia bergabung dengan Gerakan Nasionalis Arab yang dimotori George Habash. Meski sempat menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Amerika di Beirut (American University of Beirut), ia lebih tertarik pada politik. Leila masuk ke PFLP yang didirikan Habash setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Ia mengungsi setelah Israel merebut kota kelahirannya dalam perang tahun 1948.
Pembajakan pesawat
Leila melakukan aksi pembajakan pesawat dua kali.
1. Penerbangan TWA 840 (1969)
Pada tanggal 29 Agustus 1969, Leila merupakan bagian dari tim yang membajak Penerbangan Trans World Airlines (TWA) 840 dalam perjalanan dari Roma ke Tel Aviv, yang menyebabkan pesawat Boeing 707 itu dialihkan ke Damaskus.
Menurut beberapa sumber media, pimpinan PFLP mengira bahwa Yitzhak Rabin, yang saat itu menjabat sebagai duta besar Israel untuk Amerika Serikat, akan berada di dalam pesawat; ternyata tidak.
Leila memerintahkan pilot untuk terbang di atas Haifa, sehingga ia dapat melihat tempat kelahirannya.
Ia memaksa pilot mendarat di Bandar Udara Internasional Damaskus (Suriah) setelah terbang di atas Haifa. Setelah semua penumpang dan awak pesawat turun, Leila dan timnya meledakkan pesawat itu.
Fotonya saat aksi pembajakan dengan memegang senapan AK-47 dan mengenakan kaffiyeh menjadi publikasi internasional.
Leila sempat ditahan aparat keamanan Suriah. Setelah bebas, ia melakukan operasi plastik pertama untuk menyembunyikan identitas.
2. Penerbangan El Al 219 (1970)
Leila melakukan misi keduanya yang berlangsung pada 6 September 1970. Bersama pria asal Nikaragua bernama Patrick Arguello, ia membajak pesawat bernomor 219 dengan rute Amsterdam ke New York milik maskapai Israel, El Al Nahas. Arguello tewas ditembak polisi Israel, sedangkan Leila diringkus dengan dua granat di tangan. Pesawat mendarat di Bandar Udara Heathrow, London. Ia dibebaskan pada 1 Oktober 1970 sebagai bagian dari pertukaran tahanan.
Kehidupan selanjutnya
Ia kemudian menjadi anggota Dewan Nasional Palestina dan aktif di Forum Sosial Dunia.
Menurut Leila Khaled, tidak ada proses perdamaian Arab-Israel. Dia menyatakan "ini adalah proses politik di mana keseimbangan kekuatan ada di pihak Israel dan bukan di pihak kita. Mereka memiliki semua kartu untuk dimainkan dan Palestina tidak punya apa pun untuk diandalkan, terutama ketika PLO tidak bersatu."
Pada tahun 2006, Leila mengatakan bahwa hasil dari proses perdamaian Oslo (antara PLO dengan Israel) sepanjang 1990an adalah:
"Kita lihat bagaimana Arafat disingkirkan (dibunuh)... kendati ialah yang menandatangani perjanjian tersebut... Amerika ingin memoles paras Israel sebagai negara demokratis, dan menunjukkan bahwa Israel cinta damai. Tapi apa yang telah kita saksikan selama sepuluh tahun ini, Israel kembali menduduki kota-kota dan dalam prosesnya, mereka telah melanggar perjanjian Oslo."
_________
Referensi: