Iran mewakili kekesalan kita atas diamnya negara-negara Sunni

Oleh: Ustadz Muhammad Abduh Negara

Kita paham, kehati-hatian (jika kita bisa menggunakan frasa ini) negara-negara Timur Tengah (termasuk: Turki, Suriah, Qatar, Saudi dan Mesir) terhadap Is Rewel, sehingga tidak bersegera menyerangnya dan membebaskan saudara-saudara muslim mereka di Tanah Suci, bukan karena kekuatan bangsa penjajah itu sendiri, tapi karena kekuatan yang ada di belakangnya, yaitu AS dan NATO.

Mereka paham, melawan Barat (AS dan NATO) berarti harus siap mendapatkan tekanan politik, ekonomi dan militer, yang mungkin tidak sanggup mereka hadapi. Ya, sambil geregetan dan misuh-misuh, kita bisa bersimpati dengan keadaan mereka. Mereka, dan kita tentunya, memang selemah itu. Akui saja.

Karena itu, kita senang ada yang secara riil berani menyerang Negara Penjajah tersebut. Kita senang karena ada yang mewakili kekesalan dan kemarahan kita selama ini kepada para penjajah tersebut. Kita senang, siapapun yang melakukan serangan tersebut, mau Khamenei, Putin, Kim Jong Un, Xi Jinping atau siapapun. Bahkan jika yang melakukannya adalah Trump sendiri, yang mungkin sedang kesal dengan si Nyahu, kita tetap senang. Hal sesederhana ini, tapi karena banyak 'analis politik dadakan' yang berbicara ngalor ngidul, jadi terkesan membingungkan bagi khalayak.

Adapun gencatan senjata, perundingan damai, dan semisalnya, ini sebenarnya hal yang bisa diprediksi, dan itu biasa saja. 

Kita sudah biasa kok disajikan drama panas dingin antara US dan USSR (Uni Soviet) di masa lalu, atau antara US dan Tiongkok belakangan ini, atau bahkan antara US dan Eropa, demikian juga antara Republik Rakyat China dan Republik China, Pakistan dan India, Iran dan Saudi, dll. Kadang terlihat mau perang, tapi tidak jadi, saling kecam lalu duduk bareng. Biasa saja itu, bagi yang mengikuti berita-berita politik internasional. Tidak usah didramatisasi jadi seakan para pelakunya hanya melakukan opera sabun (sandiwara/perang-perangan). Opera sabun dengan kematian banyak orang, kehancuran gedung-gedung dan menghabiskan uang miliaran dolar, terlalu lucu untuk diterima.

-M4N-
Baca juga :