MELURUSKAN NARASI SEJARAH PALESTINA: BUKAN KONFLIK ARAB VS YAHUDI

MELURUSKAN NARASI SEJARAH PALESTINA: BUKAN KONFLIK ARAB VS YAHUDI

Oleh: Taufiq Yuniarto

Banyak narasi yang beredar di dunia internasional seolah menggambarkan konflik di Palestina sebagai pertentangan antara "Arab" dan "Yahudi."

Narasi ini tidak hanya menyederhanakan kenyataan, tetapi juga mengaburkan akar sejarah dan identitas penduduk asli wilayah Syam (yang meliputi Palestina, Suriah, Libanon, dan Yordania).

1. Palestina dan Penaklukan Islam: Bukan Penjajahan

Ketika Kekhalifahan Islam di bawah Umar bin Khattab menaklukkan wilayah Syam dari Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7, yang terjadi bukanlah penjajahan dalam pengertian kolonial modern.

Tidak ada migrasi besar-besaran bangsa Arab dari jazirah Arab ke Syam.

Sebaliknya, penduduk asli — yang terdiri dari berbagai komunitas etnis dan agama, termasuk Yahudi dan Kristen — secara bertahap menerima Islam sebagai agama mereka, tanpa paksaan sistematis.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa banyak komunitas Yahudi dan Nasrani tetap hidup berdampingan dan bahkan mempertahankan keyakinannya selama berabad-abad di bawah pemerintahan Islam.

2. Siapa Penduduk Asli Palestina?

Penduduk asli Palestina adalah bagian dari masyarakat Syam yang memiliki akar Semitik kuno: Kanaan, Aram, Ibrani, dan lain-lain.

Meskipun mayoritas kini berbahasa Arab, bahasa asli mereka — seperti Aram — masih hidup di beberapa komunitas hingga hari ini.

Mengidentifikasi mereka sebagai "Arab Palestina" adalah bentuk simplifikasi modern yang lahir dari bahasa dan budaya, bukan dari garis etnis murni. Dalam kenyataannya, mereka adalah keturunan langsung dari masyarakat kuno yang telah menetap di tanah itu sejak ribuan tahun sebelum lahirnya identitas nasional modern.
Jangan lagi menyebut mereka "Arab Palestina",
Hanya karena mereka berdialog dengan bahasa Arab.
Mereka bukan ras Hijaz/Arab.

3. Konflik yang Disederhanakan

Penyempitan narasi menjadi konflik antara Arab dan Yahudi merupakan bentuk manipulasi ideologi yang berbahaya.

Konflik Israel-Palestina lebih tepat dipahami sebagai konflik kolonial dan politik: berkaitan dengan pendudukan tanah, pengusiran penduduk asli, dan hak untuk hidup merdeka.

4. Zionisme dan Asal-Usul Populasi Israel
Banyak pendiri gerakan Zionis modern berasal dari Eropa Timur, dan sebagian besar imigran Yahudi yang datang ke Palestina pada abad ke-20 adalah keturunan Ashkenazi — kelompok Yahudi yang telah tinggal selama berabad-abad di Eropa.

Ada teori yang menyebut mereka memiliki keterkaitan dengan bangsa Khazaria, namun ini masih menjadi perdebatan ilmiah.

Yang jelas, tidak semua Yahudi adalah keturunan langsung dari komunitas Yahudi yang dahulu tinggal di wilayah Syam.

Sementara itu, penduduk Palestina yang masih tinggal di tanah tersebut adalah keturunan berkelanjutan dari masyarakat lokal sejak zaman Nabi Ibrahim.

5. Tragedi Persaudaraan

Ironisnya, konflik ini telah mempertemukan dua komunitas yang secara genealogis dan linguistik masih berada dalam satu rumpun besar: Semitik.

Namun, dalam dinamika politik dan kekuasaan, satu kelompok (pendatang) kini menindas kelompok lain yang justru lebih berakar di tanah yang mereka klaim sebagai “tanah leluhur.”

Dalam perspektif spiritual, ini bisa diibaratkan seperti kisah Nabi Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri — simbol pengkhianatan yang lahir dari kecemburuan dan keserakahan.

Penutup

Membingkai konflik Palestina sebagai konflik Arab-Yahudi adalah kekeliruan sejarah dan ideologis.

Ini adalah konflik kolonial modern, dan rakyat Palestina adalah masyarakat pribumi tanah Syam yang tengah berjuang untuk hak, martabat, dan eksistensi mereka.

Meluruskan sejarah bukan hanya tugas para sejarawan, tetapi juga kewajiban moral kita semua sebagai bagian dari umat manusia.

Baca juga :