Jokowi Tumbang Sendiri

Jokowi Tumbang Sendiri

Oleh: Erizal

Saya mengutip Dahlan Iskan, "siapa pun yang sudah begitu kuat sulit ditumbangkan orang luar. Ia bisa tumbang sendiri."

Kutipan ini tentu tak berkaitan dengan mantan Presiden Jokowi yang lagi ramai soal ijazahnya, yang dilaporkannya beberapa hari lalu ke Polda Metro Jaya.

Tapi, pihak lain juga banyak yang melaporkan soal ijazahnya ini ke Polisi.

Terbaru malah, kader PSI (Partai Solidaritas Indonesia), yang Ketua Umumnya anak Jokowi, Kaesang Pangareb, yang kabarnya, Jokowi juga digadang-gadang mau jadi Ketua Umum PSI, yakni Dian Sandi Utama, mantan Ketua PSI NTB, juga dilaporkan ke Bareskrim Polri, sebagai orang yang pertama sekali mengupload ijazah Jokowi ini di media sosial dan mencap ijazah Jokowi itu asli.

Awal cerita ramai sebetulnya dari Dian Sandi Utama inilah.
Kenapa saya mengutip tulisan Dahlan Iskan yang tak bercerita tentang Jokowi, apalagi tentang ijazahnya, bahkan Dahlan Iskan sendiri mengaku menyesal sudah ikut-ikutan menulis tentang ijazah Jokowi itu?

Karena kutipan itu, "siapa pun yang sudah begitu kuat sulit ditumbangkan orang luar. Ia/dia bisa tumbang sendiri", agaknya relevan dengan situasi Jokowi saat ini.

Saya mulai merasakan tanda-tanda tumbangnya Jokowi itu, belakangan ini saja. Terutama saat Jokowi mendatangi Polda Metro Jaya melaporkan, katanya, 5 orang dengan pasal-pasal pencemaran nama baik dan UU ITE.

Tentu saja bukan tumbang dari kekuasaan; karena Jokowi sudah tak berkuasa lagi, tapi tumbang secara pengaruh, wibawa, atau empati. Sebagai orang yang sudah biasa diremehkan, tapi masih bisa tersenyum. Saat ia mulai membalas dan ngotot, saat itulah ia bisa jadi tumbang sendiri.

Sejak Jokowi melaporkan kasus ijazahnya ini ke Polda Metro Jaya, saat itulah semua seperti berbalik justru ke arah Jokowi itu sendiri, bukan ke pihak yang memang sejak awal resek pada dirinya.

Aggapan Jokowi sendiri mungkin, gosok-gosok tim kuasa hukum, atau bahkan tepuk tangan dari para pendukung, agar semua pihak yang mempersoalkan ijazah Jokowi ini seketika itu juga bisa ditangkap dan di penjara sebagai balasan, ternyata tak semudah itu juga.
Polisi memang sudah bergerak cepat, bukti dari masih berpengaruhnya Jokowi. Karena banyak kasus yang tak secepat kasus ini pergerakan pak polisi.

Tapi sampai pekan ini belum ada yang bisa dijadikan tersangka. Ini bisa jadi serangan balik juga buat Jokowi. Kalau akhirnya tak ada yang bisa dijadikan tersangka dalam pelaporan Jokowi ini, apa kata dunia?

Jokowi itu orang politik, bukan orang hukum. Lika-liku politik yang sempit, rumit, dan tak terduga bisa dilewati Jokowi dengan sangat baik. Tapi lika-liku hukum tak seperti lika-liku politik.

Semua harus terang benderang, termasuk pelanggaran apa yang diperbuat orang lain. Kalau sekadar terang saja, belum benderang, kadang perbuatan itu tak bisa dikatakan sebagai pelanggaran. Apalagi kalau perbuatan itu remang-remang saja.

Ingat, objek yang dipersoalkan itu ijazah Jokowi itu sendiri. Bukan yang lainnya. Ijazah Jokowi dikatakan palsu oleh karena ada orang yang mengupload ijazah itu ke media sosial dan memberi cap bahwa ijazah itu asli.

Dari situlah Roy Suryo Cs memberi pendapat bahwa ijazah itu palsu. Jadi kalau ada orang yang harus pertama kali dipersoalkan, yakni pengupload ijazah Jokowi itu. Yakni Dian Sandi Utama, yg merupakan kader Jokowi sendiri.

Aneh juga kalau akhirnya kader Jokowi sendiri, yakni Dian Sandi Utama, yang harus kesulitan, bahkan bisa tumbang sendiri sebagai tersangka karena mengupload ijazah Jokowi, yang menurut pengacara Jokowi, tak pernah diberikan kepada siapa pun.

Dian Sandi Utama mengupload ijazah Jokowi di akun X miliknya, justru karena kecintaan dan pembelaannya kepada Jokowi. Roy Suryo Cs yang dilaporkan Jokowi ke Polda Metro Jaya, justru sejak awal berlindung di balik upload-an Dian Sandi Utama ini.

Kalau Roy Suryo Cs kesulitan bagi Kepolisian mencari pasal-pasal yang bisa menjerat mereka, justru untuk Sandi, rasanya lebih mudah dijerat.

Sebab, ia mengupload dokumen pribadi orang tanpa izin, dicap asli pula, dan menjadi persoalan besar di kemudian hari, karena upload-an itu orang semakin yakin bahwa itu ijazah palsu. Besar sekali dampaknya.

Semakin tampak apa yang dikatakan Dahlan Iskan kaitannya dengan bahwa siapa pun yang sudah begitu kuat sulit ditumbangkan orang luar, ia akan tumbang dengan sendirinya.

Kini apa pun yang dilakukan Jokowi sejak dia melaporkan perkara ijazahnya ke Polda Metro Jaya, justru tak memperkuat posisinya, justru terlihat memperlemah.

Kedatangannya ke rumah dosennya Kasmudjo satu hal, pelaporan Dian Sandi Utama hal lain. Termasuk sentilan dari Megawati soal ijazah Jokowi ini dan juga dari PKB yang diwakili Daniel Johan. Agar ijazah Jokowi ini dibuka saja dan selesai.

Tak perlu bikin heboh satu republik. Masih banyak yang harus diurusi ketimbang soal ijazah yang sudah tak ada gunanya. Jadi ada kesempatan pihak yang berlawanan dengan Jokowi untuk menasihati yang dinilai tak bijak.

Sebetulnya sudah banyak juga yang menasihati agar Jokowi mencabut saja laporan polisinya itu. Tapi pihak yang menasihati, kalau dianggap dari kubu sebelah, dikatakan sedang ketakutan menerima akibat dari pelaporan itu.

Kalau dari pihak sendiri mungkin dinilai sudah berubah. Tapi mungkin lebih banyak yang memilih diam, tapi bukan tak memperhatikan. Sekali saja tampak ketidakadilan, berat sebelah, akibatnya sebetulnya akan lebih buruk terhadap Jokowi itu sendiri.

Mencabut laporan terlihat pihak Jokowi juga malu. Karena kengototan yang tak seharusnya terpaksa diperlihatkan, bahkan terhadap pengadilan perdata di Surakarta.

Memang orang kuat yang tumbang dengan sendirinya itu kerap tak terasa ia sedang menuju tangga paling yang bawah. Bahkan, yang dirasakan justru semakin melambung dan melambung lebih tinggi lagi. Padahal faktanya justru sebaliknya. Entahlah. 

(21/5/2025)

Baca juga :