Berbuka Kuasa ala Presiden Prabowo
Ini analisis kacangan. Pak Prabowo itu ibarat anak kecil yang belajar berpuasa. Merasa haus. Merasa lapar. Lemas. Inging beduk Magrib terdengar. Lalu semua makanan dan minuman terlihat enak.
Menyiapkan: es teh, kolak, es buah, gorengan, penganan, nasi padang, sate ayam, gule kambing, puding, es kopi, dll.
Pak Prabowo juga begitu. Bertarung berkali-kali. Kalah. Lempe-lempe. Lha kok ndilalah menang.
Lalu semua ingin dikerjakan. Ya makan bergizi gratis, ya Danantara, ya sekian juta rumah, ya koperasi di semua desa, banyak sekali yang ingin dilakukan ketika berbuka kuasa setelah lama kalah.
Selain itu, ada perasaan ‘terancam’. Jangan sampai kemenangan yang sudah lama dinanti, ilang begitu saja. Sehingga semua kekuatan berusaha diakomodasi. Terlihat seolah ingin menyenangkan semua orang/pihak. Gerbong gak cukup, bikin gerbong baru. Lokomotif terengah-engah gak peduli. Yang penting meminimalisir orang/pihak-pihak lain untuk merebut kemenangannya.
Jadi musuh sebenarnya Presiden Prabowo adalah dirinya sendiri. Dan orang-orang yang melihat gelagat seperti itu tidak sehat. Sialnya, mereka yang mampu melihat itu, kebetulan orang-orang terdidik dan/ punya uang.
Puasa. Berbuka. Kuwaregen (kekenyangan). Lempe-lempe. Lemas. Lalu bingung sendiri mau melakukan apa.
Yang bahaya adalah kalau kemudian tertidur dan orang-orang di sekitarnya lupa membangunkan, atau sengaja tidak membangunkan agar bisa ‘meminjam kekuasaannya’.
(@Puthutea)