Siasat Nabi Daud Merebut Istri Orang
Oleh: Muh. Nursalim
Nabi Daud itu istrinya 99. Jangan ditanya kok bisa sebanyak itu. Karena aturan di era tersebut memang membolehkan. Walaupun sudah punya 99 istri ia masih kepengin menggenapi 100. Celakanya wanita yang ingin ia nikahi itu sudah bersuami. Wanita yang sudah bersuami tentu tidak boleh menikah lagi, kecuali suaminya menceraikan atau mati.
Daud pun membuat siasat. Sebagai raja strategi merebut istri orang itu mudah saja dilakukan. Maka dikirimlah suami wanita itu ke medan perang. Sesuai rencana laki-laki tersebut gugur di medan perang. Maka dengan mudah Daud menikahi wanita tersebut.
Allah SWT lalu menegurnya. Caranya unik. Pakai sandiwara malaikat, yang diabadikan dalam surat Shad 22-25 berikut ini.
[Artinya]
22. Ketika mereka masuk menemui Dawud lalu dia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata, "Janganlah takut! (Kami) berdua sedang berselisih, sebagian dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
23. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, "Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan."
24. Dia (Daud) berkata, “Sungguh, dia benar-benar telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (digabungkan) kepada kambing-kambingnya. Sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat itu benar-benar saling merugikan satu sama lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan sedikit sekali mereka itu.” Daud meyakini bahwa Kami hanya mengujinya. Maka, dia memohon ampunan kepada Tuhannya dan dia tersungkur jatuh serta bertobat.
25. Lalu, Kami mengampuni (kesalahannya) itu. Sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
Maka tatkala Daud menjawab, "Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya” (ayat 24).
Ia tersadar, bukankah yang melakukan itu dirinya sendiri? Bahkan lebih gila. Kalau yang ditanyakan orang yang berselisih itu hanya urusan kambing. Sedangkan yang ia lakukan adalah merebut istri orang.
Sejak saat itu Daud langsung tersungkur. Ia menjadi hamba yang sangat malu dan takut kepada Allah. Mulutnya tak pernah lepas dari tasbih dan tahmid. Saking malunya kepada Allah nabi Daud tidak berani memandang ke depan. Kepalanya selalu menunduk sambil meneteskan air mata.
Bukan hanya itu. Nabi Daud menjadi manusia yang banyak beribadah. Mengisi malamnya dengan shalat dan siangnya dengan berpuasa. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW sebagai berikut.
Dari Abdullah bin Umar ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sholat yang paling disukai Allah adalah sholatnya Daud. Puasa yang lebih disukai Allah adalah puasanya Daud. Beliau tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur di seperenamnya. Puasa beliau adalah satu hari puasa, dan satu hari berbuka.” (HR Bukhari)
Kekhusukan Daud ternyata berpengaruh kepada alam sekitar. Yaitu, burung-burung bergerombol mengikuti tasbihnya sang Nabi. Begitupun gunung-gunung ikut bertasbih sebagaimana dilakukan Daud. Terjadi resonansi alam mengikuti pertobatan Daud. Seperti diabadikan pada firman Allah berikut ini.
إِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهُ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِشْرَاقِ (18) وَالطَّيْرَ مَحْشُورَةً كُلٌّ لَهُ أَوَّابٌ (19) [ص/18، 19]
"Sungguh, Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Dawud pada waktu petang dan pagi. Dan Kami tundukkan pula burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat taat kepada Allah."
Penguasa merekayasa putusan pengadilan, merekayasa kebijakan, merekayasa aturan untuk kepentingan dirinya sendiri. Kelakuan seperti itu ternyata ada sanadnya, yaitu Nabi Daud. Hanya saja sang Nabi kemudian sadar dan bertaubat. Sehingga ia menjadi manusia pilihan nan mulia.
Manusia memang tidak lepas dari salah. Lebih baik salah lalu sadar dan bertaubat daripada merasa selalu benar padahal bergelimang dengan kepalsuan. Wallahu’alam.