SURAT TERBUKA UNTUK PKS: "Bila suara kami digunakan untuk YANG LAIN (Transaksional), kami akan menuntut kelak di hadapan Allah"


[SURAT TERBUKA UNTUK PKS]

Apakah PKS mau banting stir ikut masuk koalisi...? 

□ Mungkin PKS makin sulit mencari teman politik. Mau berdiri sendiri, politik makin transaksional, istilahnya "semua orang pada berlomba menjual diri". Tetapi mau bergabung koalisi, branding-nya sudah kadung OPOSISI, dalam waktu 10 tahun terakhir.

□ Mungkin, para pemikir politik PKS menghitung, "Kalau keadaan begini terus, tidak sehat bagi masa depan PKS. Kita tak boleh teraleniasi dari percaturan politik. Kita tak sekuat PDIP, tapi juga tak semurah PSI." 

____ 
- Dalam politik itu harus berbasis NILAI (value), bukan kepentingan, sehingga tetap tegar meski badai berkecamuk luar biasa. 

- Tetap oposisi ada risikonya, sebagaimana masuk koalisi juga ada risikonya. Nilai MORAL yang dibangun 10 tahun terakhir, akan runtuh, begitu masuk koalisi. 

- Dalam politik, ketika "semua orang berlaku edan, jangan ikut edan juga, harus ada yang tetap waras". Standarnya lagi-lagi nilai, bukan kepentingan sesaat. 

- "Tapi kami sudah konsisten dengan nilai dalam 10 tahun terakhir, hasilnya nol. Kami tak dapat apa-apa. Cuma capek thok. Sementara politik memerlukan biaya operasional." Mungkin akan muncul sanggahan begitu. 

- Begini ya Saudara... Anda itu masuk politik buat apa? Buat nyari kerja, nyari modal, nyari koneksi? Atau buat MEMPERJUANGKAN rakyat? Kalau untuk nyari kerja atau nyari dana operasional, ya jangan masuk dunia politik. Lebih baik ikut pelatihan ke BLK, sekolah D3 atau akademi, masuk pelatihan Kemenaker untuk kerja di luar negeri, dan semacam itu. Namanya dunia politik, ya pasti bergelut dengan pengorbanan dan idealisme. 

- Dalam politik tidak boleh transaksional murni, harus tetap berpijak kepada NILAI (moral). Jika transaksional murni, nanti nasib Anda akan serupa dengan PBB, PPP, PAN, dan PKB. Mereka dilukiskan sebagai "wujuduhum ka 'adamihim" (adanya mereka seperti ketiadaannya). 

- Mungkin Anda akan berkata, "Politik moral sudah tak ada di negeri ini. Politik moral sudah mati. Tak bisa diselamatkan lagi. Sejak era SBY politik moral sudah tak ada." 

- Bukankah kekacauan politik di era SBY, menghasilkan perubahan haluan politik di era Jokowi..? Apakah perubahan haluan itu akan dihapus begitu saja, kembali ke haluan "era SBY"..? Ya aneh juga kalau begitu. Politik berputar-putar di situ terus. 

- Sejatinya, PKS punya kans untuk menjadi partai besar, bukan "partai 8 persen" terus. Caranya, berani atraktif menjadi oposisi level nasional. Bukan menjadi "oposisi dalam diam". Harus nerani aktif merespon isu-isu nasional secara intens dan massif. 

- "Gak bisa, gak bisa begitu! Kondisi politik berat sekarang ini. Kekuatan oligarkhi di mana-mana. Aparat hukum menjadi bagian dari mafia politik. Susah betul bermain politik di era seperti ini." Mungkin begitu alur berpikirnya. JUSTRU dengan keadaan begitu, harusnya PKS menggerakkan segala kekuatan nasional untuk MELURUSKAN KEBENGKOKAN yang ada. Bukan malah pragmatis dengan "menggelar lapak di tengah kekacauan buat bertahan hidup". 

- Untuk memperbaiki politik saat ini memang taruhannya NYAWA. Tak diragukan lagi. Politisi reformis sejati harus berani dan punya nyali melawan. Tapi kabar baiknya, kekuatan rakyat SEDANG MENUNGGU SIAPA YANG BISA MENGGERAKKAN. Jangan lupa, kondisi di Thailand, Srilangka, juga yang terakhir Bangladesh dipantau oleh rakyat kita. Kalau ingat puisi Taufik Ismail, "politik bedebah harus segera disingkirkan". 

- Kalau PKS tetap "oposisi dalam diam", rakyat yang menderita akibat kebobrokan politik selama era Jokowi tetap akan mencari jalannya. Ada atau tiada PKS, kekuatan rakyat akan tetap mencari jalannya. 

- KEZHALIMAN adalah kegelapan universal. Siapapun yang melakukannya, ia akan dilawan, dengan kekuatan besar atau kecil, lewat jalan formal atau non formal, secara langsung atau tidak. 

○ Silakan menempuh jalan yang Anda inginkan, yang jelas kami mendukung PKS di Pemilu 2024, untuk menegakkan keadilan dan membela rakyat. Bila suara kami digunakan untuk YANG LAIN, kami akan menuntut kelak di hadapan Allah. Kami tidak terima hanya dengan "kata maaf". Enak benar kalau sampai mempermainkan suara para pemilih. 

○ Bila akhirnya PKS ikut thoriqoh-nya PBB, PPP, PAN, PKB, ya berarti tidak ada lagi POLITIK ISLAM di negeri ini, alias politik Islam telah mati. Atau dengan kata lain, mereka ingin agar "negara ini tetap dalam cengkeraman oligarkhi dan mafia aparat hukum". Tidak ada kehendak untuk berjihad memperbaikinya.  Nas'alullah al 'afiyah was salamah. 🤲🤲

(Sam Waskito)

*sumber: fb

Baca juga :