Jadi ini cerita tentang jaringan bisnis di sebuah penjara di negeri wakanda.
Bisnis apa? Ya tentu saja bisnis warung sembako.
Jadi, jangan kamu kira di penjara itu isinya cuma sel. Yang namanya NAPI, mereka juga manusia kan? Mereka butuh makan, butuh pangkas rambut, butuh olahraga, butuh laundry bagi yang tidak mau nyuci baju sendiri, dan sebagainya.
Intinya, penjara menyediakan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan mendasar manusia.
Jadi, di penjara juga ada warung lho. Tempat para napi bisa membeli rokok, kopi sachet, aqua, indomie, roti, sandal jepit, dan sebagainya.
Soal harga jangan ditanya. Pasti lebih mahal dibanding harga di luar sana. Tapi sebenarnya ini hanya masalah sepele. Tidak terlalu penting untuk dibahas.
(Lagipula harga barang yang lebih mahal juga terjadi di tempat lain, kan? Misalnya di hotel, di tempat wisata, di kapal laut, dan sebagainya. Jadi soal harga yang lebih mahal, tak perlulah dipermasalahkan)
Ada hal-hal JAUH LEBIH KRUSIAL pada bisnis warung sembako di dalam penjara negeri wakanda.
Pertama: Bisnis warung sembako tersebut dikuasai oleh seseorang yang punya beking kuat.
Kedua: Para napi tidak boleh bayar pakai uang cash. Bayarnya harus pakai saldo virtual dari bank tertentu. Jadi kalau mau belanja, mereka harus top up terlebih dahulu.
Ketiga: Setiap kali belanja, ada tambahan harga yang harus dibayar, tapi bukan pajak.
Misalnya: Harga indomie Rp 5.000
Tambahan harga Rp 300
Total Rp 5.300
Sekali lagi, tambahan harga ini bukan pajak. Entah tambahan apa, jangan tanya ke saya hehehe....
Keempat: Sejumlah napi pernah melaporkan tentang saldo mereka yang tiba-tiba berkurang tanpa alasan yang jelas. Jadi uang mereka hilang begitu saja. Entah apa sebabnya.
Karena banyaknya kejadian seperti ini, para napi pun hanya berani top up sesuai kebutuhan saja. Untuk menghindari agar uang mereka tidak sampai hilang dicuri.
"Lho, kenapa para napi tidak protes jika uangnya hilang?"
Helo bro! Kita sedang bicara tentang penjara. Sebuah tempat di mana para napi tidak berdaya. Diperlakukan seperti apapun, mereka tidak punya kekuatan untuk melawan.
Jangankan melawan. Sekadar protes saja pun tidak berani. Jadi jika merasa didzalimi dst, mereka hanya bisa diam dan bersabar.
* * *
Nah, seperti itulah kondisi riil bisnis sembako di dalam penjara, di negeri wakanda. Bukan di Indonesia.
Terima Kasih
(JONRU)