Nasdem Gurun (Disingkat 'Nasrun' Bukan Nasdrun) Artinya Pertolongan Tuhan

Nasdem Gurun (Disingkat 'Nasrun' Bukan Nasdrun) Artinya Pertolongan Tuhan

Oleh: Hariqo Satria*

Yang pertama kali menuliskan kata “Nasrun” (bukan Nasdrun) di medsos adalah akun twitter kurawa pada 3 Okt 2022.

Ia menuliskan: Selamat!! Tepat jam 11.00 hari ini resmi telah bergabung sebuah komunitas politik baru bernama: NASRUN: Nasdem Gurun.

Postingan itu ia tambahkan dengan dua emoji tertawa ngakak.

Lalu sebuah akun mengomentari dengan menuliskan: "dalam bahasa Arab, Nasrun artinya kemenangan...," atau pertolongan dari Tuhan.

Netizen lain menimpali "bakal diubah lagi tuh kalo denger begitu". Kemudian dua akun lain mencuitkan: "Nasrun tetangga saya dulu" dan "Nasrun Masikun".

Benar prediksi netizen di atas.

Lima hari ini saya amati, beberapa akun anonim mulai menggunakan kata Nasdrun, karena mereka baru sadar kalau Nasrun itu artinya pertolongan Tuhan.

Sebagai sarjana perbandingan agama, saya memahami bahwa semua agama di dunia percaya pada pertolongan Tuhan (sila pertama).

Dalam sejarah, frasa pertolongan Tuhan, perlindungan Tuhan selalu diucapkan para pejuang, utamanya sejak rakyat Maluku yang dipimpin oleh Sultan Baabullah berhasil menaklukkan Portugis pada 1575.

Bung Tomo menyebut “Tuhan akan melindungi” dalam pidato 10 November, Jenderal Sudirman juga terinspirasi pada kata "Nasrun" dalam pernyataannya yang terkenal, "Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan."

Teman-teman, jadi strategi menempelkan stigma (ciri negatif) kepada lawan politik tidak bisa sembarangan atau “ngasal”.

Pihak yang memberi label cebong merasa beruntung kalau lawan politiknya disebut cebong, sebaliknya pihak kampret merasa beruntung jika lawan politiknya disebut cebong. Lalu siapa yang dirugikan? ya Indonesia.

Padahal pihak itu hanya segelintir orang saja, tapi didukung ribuan akun palsu. 

Merasa paling nasionalis, merasa paling agamis dapat membuat seseorang merasa pantas memberikan label-label sesukanya tanpa memikirkan kepentingan nasional.

Padahal dalam tubuh setiap golongan selalu ada nafas nasionalis dan agamis dan is is yang lain.

___
*Pengamat Media Sosial dari Komunikonten. Penulis Buku Seni Mengelola Tim Media Sosial 

[FNN]
Baca juga :