Mayoritas dan Minoritas

Mayoritas dan Minoritas

Pada akhirnya nanti, jika cara berpikir ini diteruskan, maka yang akan terjadi, semua urusan semakin runcing.

Misalnya. Di sebuah kampung. Semuanya Islam. Tapi 90% adalah organisasi A, 10% organisasi B. Saat organisasi B aktif, mendirikan TK/PAUD, pusat dakwah, dll, dsbgnya, lantas kelompok A kesal lihatnya, itu bisa jadi masalah. Apakah TK/PAUD itu juga harus dirobohkan karena berdiri di tempat mayoritas?

Semuanya Islam. Tapi telah terjadi mayoritas vs minoritas di sana. 

Dan kadang, masalah ini ada turunanya juga loh.

Misal, organisasi B, ternyata di dalamnya juga ada kelompok X dan kelompok Y, yg berbeda pendapat. Di situ mayoritas kelompok X 90%, tapi kelompok Y 10% yang aktif di organisasi. Lantas kelompok X kesal lihatnya, lagi2 jadi masalah.

Sama2 Islam, sama2 organisasi B. Turunan masalah ini membuat ada minoritas di dalam minoritas pula. Dan seterusnya begitu, dan seterusnya dgn contoh2 lain. 

Kenapa sih kita harus keberatan lihat sesuatu yg baik2 dikerjakan orang lain? Seharusnya sih, malah senang. Ada tanah wakaf, dijadikan masjid, ada organisasi C aktif di masjid itu, maka ayuk, organisasi D, E, juga rebutan aktif di sana. Berlomba2 berkegiatan di tempat tsb. Bisa gantian waktunya. Soal plang, silahkan pasang bertumpuk2 kayak plang klinik dan daftar dokternya.

Karena eh karena, kita itu saudara bukan? Bahkan jika dalam posisi, itu memang tanah kita  sendiri (misalnya), maka welcome saja siapapun yg mau kontribusi demi masyarakat luas. Bukankah itulah gunanya tanah wakaf? Duh, apalagi jika itu cuma tanah waris milik orang tua kita dulu, masa' ribut gara2 tanah waris yg sudah diwakafkan.

Pada akhirnya, dalam masalah mayoritas dan minoritas sejatinya kita nanti sama semua loh. Sama2 mati. Mau kamu item, kuning, putih. Mau pesek, mancung. Mau tinggi pendek. Mau organisasi A, B, mau agama ini, itu, semua sama.

Sama2 mati.

Sungguh, jangan bertengkar, ribut hanya gara2 kita tidak suka lihat sesuatu. Karena boleh jadi, yg kita tdk suka itu justeru baiiik sekali buat kita. Kecuali jika itu soal korupsi, mencuri, zalim, aniaya, Harun Masiku, dkk, baiklah, mari kita marah2. Bertengkar serius.

(By Tere Liye)

*fb

Baca juga :