Penyebaran Islam dan Bahasa

AGAMA DAN BAHASA

Sandrine Walther dan putrinya Rebbeca menerima hangatnya cahaya hidayah Islam dan memutuskan bersyahadat saat melakukan perjalanan ke Turki. Hati mereka tergerak setelah merasakan indahnya akhlak tetangga Muslim. [TRTWorld, 26/12/2021]. 

Berita itu menghiasi banyak media di Turki, termasuk media utama TRTWorld.

Kisah hadirnya hidayah pada keluarga Prancis ini mengingatkan pada satu hal yang barangkali selama ini sering luput. Yakni, salah satu kunci penting dalam dakwah adalah penguasaan bahasa-bahasa dunia. 

Pada prinsipnya, otak dirancang untuk memiliki kemampuan mengolah beberapa bahasa sekaligus. Mereka yang menguasai dua atau lebih bahasa, secara kognitif lebih cerdas serta mempunyai kemampuan memecahkan persoalan dengan lebih baik. 

Sebuah penelitian dilakukan pada 121 anak. Mereka yang menguasai dua bahasa dapat mengerjakan pengulangan angka, soal matematika, serta membuat pola balok berwarna dengan lebih cepat dan skor lebih tinggi.

Pada mereka yang menguasa dua atau lebih bahasa, fleksibilitas kognitifnya lebih baik. Ini berarti, mereka lebih mampu beradaptasi di lingkungan baru atau situasi yang tak terduga.

Orang-orang yang cerdas bahasa cenderung mampu membuat keputusan yang rasional dan tidak terlalu melibatkan emosi. Penguasaan beberapa bahasa secara medis juga terbukti menjauhkan dari penyakit Alzheimer.

Mengapa bahasa menjadi salah satu kunci penting dalam dakwah? Logika sederhananya, semakin banyak para ulama yang menguasai bahasa-bahasa di dunia, maka laju gerak dakwah akan semakin massif.

Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW lima belas abad lalu melalui penugasan pada Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Ibrani yang digunakan oleh kaum Yahudi. “Pelajarilah bahasa Yahudi karena bahasa itu sulit aku pahami.”  

Tak butuh waktu lama, disebutkan ia  hanya perlu 15 hari untuk bisa bicara bahasa Ibrani dengan lancar. 

Berikutnya, Zaid diminta untuk mempelajari bahasa Suryani. Bahasa Injil yang digunakan penduduk Syam pada waktu itu. Dan sekali lagi kejeniusan Zaid membuktikannya. Ia mampu berbicara bahasa Suryani hanya dalam waktu 17 hari!

Lalu berturut-turut Zaid menguasai bahasa Persia, Mesir kuno, Romawi, Yunani, kesemuanya dalam waktu singkat.

Dengan kemampuan yang sekarang disebut hiperpoliglot itu, Zaid bertugas menulis surat dakwah dari Rasulullah SAW untuk para pemimpin dunia dan membacakan balasan dari mereka.

Kemampuan menguasai banyak bahasa bukan sesuatu yang aneh bagi para pemimpin Muslim. Salah satunya, seperti yang dimiliki Sultan Muhammad Al Fatih.

Ia yang menguasai 6 bahasa di usianya yang baru 11 tahun, ada juga yang menyebutkan 17 tahun. Bahasa Turki, Arab, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani. Itu belum termasuk bahasa lokal negeri-negeri yang dibebaskannya, seperti bahasa Serbia dan sebagainya.

Kemampuan menguasai banyak bahasa yang paling mencengangkan adalah yang dimiliki ilmuwan Muslim Abu Nasr al-Farabi atau yang lebih dikenal sebagai Al Farabi (872-950 M). 

Disebutkan ia menguasai 70 bahasa dunia! Tak heran dengan kemampuan berbahasa yang luar biasa itu ia menulis kitab dalam berbagai disiplin ilmu. Seperti kitab agama, logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik, dan banyak lagi lainnya.

Tak ada kata terlambat untuk memulai. Kuasai lebih banyak bahasa untuk menghantarkan cahaya hidayah menerangi dunia. 

Jakarta, 27/12/2021

(By Uttiek)
Baca juga :