Pernah mendengar ucapan semisal, "Semesta sudah mengatur", "Semesta tidak ingin...", "Semesta akan mendukung", dan semisalnya? Banyak yang mengucapkan kalimat ini, dan tidak merasa hal tersebut bermasalah.
Padahal konsep itu bermasalah, di antaranya dari sisi:
1. Jika semesta itu dianggap sama dengan Tuhan, maka ini syirik. Jika semesta itu dianggap menyatu dengan Tuhan, maka ini konsep persatuan makhluk dengan Tuhan yang merupakan kekufuran.
2. Jika "semesta" itu dianggap makna lain dari "Tuhan pencipta semesta", maka majaz seperti ini tidak dikenal, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Ini hanya mengada-ada.
3. Jika konsep ini lahir dari keyakinan bahwa tidak ada Tuhan, dan yang ada hanya semesta yang tanpa batas, qadim, dan akan kekal selamanya, maka ini adalah kufur dan ilhad.
4. Jika semesta dianggap punya kemampuan dan kehendak sendiri, tanpa diciptakan dan dikehendaki oleh Tuhan, maka ini adalah kesesatan.
5. Jika ucapan-ucapan itu dianggap sebagai doa, maka ini doa yang tidak masyru' dan bid'ah, wajib dijauhi, karena doa dalam Islam ada hukum dan adabnya tersendiri.
Yang Maha Mengatur adalah Allah ta'ala, bukan semesta, bahkan semesta itu diatur oleh Allah ta'ala. Yang punya kehendak mutlak, Yang Maha Berkehendak, itu adalah Allah ta'ala, sedangkan kehendak makhluk diciptakan oleh Allah ta'ala dan tunduk pada kehendak Allah.
Yang menolong kita saat kesusahan bukan semesta, tapi Allah ta'ala. Dan pertolongan Allah sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan sifat rahmah dan adil-Nya, bukan sesuai tuntutan kita, dan kita tidak berhak mewajibkan Allah untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan kita.
(Ustadz Muhammad Abduh Negara)